[9; Secret]

6.4K 1K 177
                                    

Mark terbangun. Wajahnya pucat pasi, dipenuhi dengan bulir-bulir keringat dingin yang meluncur di pelipisnya. Dadanya naik turun, ia berusaha mengatur nafasnya. Hingga suara ketukan kamar menginterupsinya. Ia menoleh dan mendapati Jeno sudah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan kedua lengan terlipat di depan dada.

"Mau sampai kapan kau tidur Hyung?"

Mark diam, tak memberikan respon apapun, otaknya masih terlalu linglung untuk memberikan respon. Sesaat, ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

"Aku harus kembali ke Seoul Hyung, pekerjaan menanti. Ah ya, Jaemin juga"

Mark bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menghampiri keluarga satu-satunya itu. "Mau kuantar?"

"Kau tidak bekerja Hyung?"

"Aku bosnya, lagipula aku tak ada jadwal meeting hari ini" Mendengar itu, Jeno menganggukkan kepalanya dan segera bergegas untuk mengemasi barang-barangnya.

Sementara Mark langsung bergegas menghampiri satu-persatu ruangan yang ada di apartemennya. Mencari sesosok makhluk yang membuat hatinya jadi uring-uringan tak karuan.

Mark membuka pintu kamar mandi dengan pelan, hanya merasa awas kalau saja ada Jaemin atau Jeno berada di dalam. Namun ia justru melihat punggung sempit dengan kepala yang tertunduk sedang membelakanginya duduk meringkuk di dalam bilik shower.

Merasa telah menemukan objek yang dia cari, Mark menghampirinya dan berusaha mengelus surai coklatnya meski ia tahu tindakannya itu sia-sia. Haechan yang merasakan hawa seseorang sedang menyentuhnya, segera mendongak, mendapati wajah tampan Mark yang tersenyum kepadanya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Mark dengan suara yang pelan.

Haechan menggelengkan kepalanya pelan, "tidak ada, aku hanya merindukan bagaimana rasanya mandi. Kalau dipikir-pikir, aku sudah lama tak menyentuh air"

Mark terkekeh mendengar perkataan Haechan. "Kau mau aku menyalakan shower nya?" Tawar Mark, namun Haechan menggeleng sembari membalas tatapan Mark.

Mark memperhatikan wajah Haechan lamat-lamat. Membuat Haechan menundukkan kepalanya lagi. "Kau menangis?" Tanya Mark. Dibalas dengan gelengan pelan oleh sang lawan bicara.

"Kau menangis" lagi-lagi hanya sebuah gelengan yang Mark dapatkan.

"Apa ini karena ku?" Mark berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Haechan, membuat Haechan menoleh kearahnya.

"Tidak"

"Lalu kenapa kau menangis?"

"Aku tidak menangis"

"Kau iya. Apa kau takut aku tidak akan membantumu lagi?" Haechan diam. Ia bingung harus berkata apa. Mulutnya tiba-tiba terkunci rapat, seakan tak ingin mengeluarkan sepatah kata lagi.

"Kau tenang saja, aku akan tetap membantu mencarikan ayahmu" Ujar Mark, tangannya ia ulurkan, berusaha untuk menyentuh pipi Haechan.

Tanpa Mark dan Haechan sadari, interaksi mereka disaksikan diam-diam oleh sepasang manik milik Jeno dari celah pintu kamar mandi. Bibir tipis itu melengkung tipis.

'Aku sudah berhasil menemukanmu, tak akan kubiarkan'

"Apa yang kau lakukan?"

Jeno tersentak kaget. Ia mendapati Jaemin berdiri di hadapannya dengan wajah yang terlihat penasaran. Jaemin berusaha melihat celah pintu kamar mandi yang ada di belakang Jeno, namun Jeno menghalanginya, telunjuk itu bertengger di depan bibir pemuda manis, berusaha mengisyaratkan agar tetap diam.

OBLIVION [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang