[11; Mr.Lee]

5.9K 1K 174
                                    

Mark mendengus. Jam masih menunjukkan pukul 8 pagi tapi kini ia sudah membelah jalan Jeju yang lumayan ramai dengan mobilnya. Ia harus kembali ke Seoul, mau tidak mau. Sebenarnya dia masih lelah, dan masih ingin tidur di kasur empuknya, tapi ini semua demi Haechan.

Karena tak ingin membuang-buang waktu, ia memutuskan untuk menggunakan pesawat.

Tak sampai 4 jam perjalanan, Mark sudah sampai di apartemen Jaemin. Wajah Jaemin terlihat bingung kala mendapati Mark lah yang menekan bel apartemennya. Tanpa ragu-ragu, Jaemin mempersilahkan untuk masuk karena wajah Mark terlihat lesu seperti mayat hidup.

Mark melepaskan sepatu dan juga jaket yang ia gunakan dan menaruhnya di gantungan mantel dengan santai, benar-benar seperti menganggap itu adalah rumahnya.

"Ada apa?" Tanya Jaemin setelah beberapa menit keheningan melanda mereka.

Mark dengan seenaknya langsung saja membaringkan tubuhnya di kasur Jaemin. Tapi Jaemin terlihat tak mempersalahkan hal itu, ia tahu jika Mark benar-benar lelah.

"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan dan tunjukkan padamu. Dimana aku harus mulai?" Ujar Mark dengan mata yang tertutup.

"Kenapa tidak meneleponku saja?"

"Kau lupa memberikan nomor telepon mu padaku asal kau tahu" Mark membuka matanya, menoleh ke arah Jaemin dan menatapnya datar. Jaemin menggaruk pipinya yang tiba-tiba jadi gatal.

"Apa ini penting?" Tanya Jaemin, dan hanya dijawab Mark dengan anggukan kecil.

"Tanya apa?" Mendengar itu, Mark langsung mendudukkan dirinya, sementara Jaemin mengambil sebuah kursi dan diletakkannya di depan Mark untuk ia duduki.

"Apa kau mengenal ayah Haechan?"

Jaemin terdiam untuk sesaat, lalu setelah nya terkekeh kecil, membuat Mark kebingungan dan menaikkan alisnya "Maksudmu pria brengsek itu? Tidak"

Mark mengalihkan pandangannya ke arah belakang Jaemin, "Kau yakin?" Dan Jaemin mengangguk sebagai jawaban.

"Aku tidak mengenalnya. Tapi aku beberapa kali bertemu dengannya saat aku ke apartemen Haechan"

Dahi Jaemin mengkerut saat menyadari Mark hanya diam tak menanggapi ucapannya. Merasa bahwa Mark memperhatikan sesuatu, ia pun bertanya. "Apa yang kau lihat Sunbae?" Jaemin menoleh ke belakang. Tapi ia tak mendapati apapun disana.

"Bukan apa-apa, hanya hantu yang biasa mengikutiku" Jaemin langsung dibuat bergidik dengan ucapan Mark yang kelewat santai itu. 'Ya Tuhan, Apa rasa takutnya sudah benar-benar menguap dan mengering?!' batin Jaemin, alisnya menukik tajam saat menatap Mark.

Mark berdehem sejenak sebelum melanjutkan topiknya yang sempat tertunda. "Apa kau tahu namanya?" Tanya Mark.

Jaemin nampak berpikir sejenak, berusaha mengingat-ingat. Ia menjentikkan jarinya senang saat berhasil mengingatnya.

"Aku ingat!"










"Lee Byunghun"

Entah kenapa Mark merasa tidak asing dengan nama itu. Otaknya berpikir keras dan mencoba mengingat dimana ia bisa tahu nama tersebut.

Jaemin menepuk bahu Mark yang nampak seperti sedang melamun, "Ada apa? Jangan melamun seperti itu, nanti kemasukan"

Mark menggeleng "Tidak ada. Hanya merasa tidak asing dengan namanya"

Jaemin hanya ber-oh ria, "Sudah? Hanya ingin menanyakan itu? Lalu apa yang ingin kau tunjukkan?"

"Ah iya" Mark langsung mengeluarkan ponsel dari saku celananya, ia berniat menunjukkan foto surat persetujuan yang ia potret kemarin.

OBLIVION [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang