~Bagian 7~

5 4 0
                                    

    "Tasha, kenapa tiba-tiba gelap?!" pekik Ella. Ia meraba-raba udara, berusaha mencari tangan halus Natasha untuk ia jadikan pegangan. Ia takut gelap. Dan ia tak mau sendiri dalam kegelapan.

    Ella dapat bernapas dengan lega ketika tangan Natasha sudah berada dalam tangannya.

    "Jangan takut, Ella. Aku juga tak tahu kenapa ini bisa terjadi. Apa karena terjadi kerusakan pada listriknya? Tapi biasanya di rumah orang kaya tidak ada kasus seperti ini." Natasha menyuarakan pikirannya. Cukup bingung dengan apa yang terjadi. Tangannya yang bebas ia gunakan untuk meraba tasnya guna mencari ponselnya untuk menerangi sekitarnya. Namun ia urungkan ketika retinanya menangkap sebuah cahaya dari ujung ruangan. Natasha baru menyadari jika sedari tadi ada Sean yang terabaikan.

    "Kemarilah, Sean. Kami membutuhkan penerangan." Tanpa basa-basi, Natasha memerintah Sean untuk melangkah mendekat dan dituruti oleh pria itu. "Untung kau ada di sini," lanjutnya.

    "Tenanglah, aku akan menjaga kalian." Sean menenangkan mereka walau nada dingin sangat kental dalam suaranya.

    "Kenapa in--" Belum sempat Ella menyelesaikan pertanyaannya, ruangan sudah terang benderang. Kegelapan yang tadi menyelimuti mereka kini lenyap begitu lampu di penjuru ruangan menyala menampakkan sinarnya. Sinar dari ponsel Sean kini juga sudah mati.

    "Hanya sebentar," komentar Tasha. Ella mengangguk-angguk dan melepas tangan Natasha perlahan.

    Drrtt....

    Getaran dari tas yang dibawa Natasha mengalihkan perhatian gadis itu. Ia membuka tasnya dan meraih ponselnya. Namun tak ada notifikasi apapun. Ia kemudian membuka tas yang satunya, tas milik Ella. Benar saja, ponsel itu menyala sejenak memperlihatkan notifikasi chat dari seseorang.

    "Ella, ada chat," lapor Natasha  dan menyerahkan ponsel milik temannya itu. Daniella menerimanya dan dengan cekatan membuka sandi ponselnya. Jantungnya berdebar entah karena apa. Jemari lentiknya mendingin begitu membuka sebuah chat. Dari Alfar.

"Ella, aku minta maaf mengecewakanmu hari ini. Semakin aku berpikir mencintaimu, semakin aku ragu memilikimu. Aku tak tahu apakah ini benar atau tidak. Namun, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Aku tahu ini mendadak, tapi pahamilah hatiku. Jantung ini sudah tidak berdetak untukmu lagi. Maaf untuk mempermainkan dan mempermalukanmu. Cukup sampai di sini.

Dari mantan pemilik hatimu,
Alfar."

****

    "Bagaimana ini bisa terjadi, Erick?!"

    Pria yang dipanggil Erick itu menunduk dalam, tak berani menatap tuannya yang menatap garang padanya.

    "S-saya juga tidak tahu, T-tuan. Ketika saya i-ingin mengecek Tuan Alfar, saya sudah t-tidak menemukannya d-di sana," jawabnya terbata-bata. Ya, Erick adalah salah satu orang yang dipercaya oleh James untuk menjaga sang mempelai pria sebelum akad terlaksana. Namun, adanya insiden mati lampu tadi membuat mereka kalang kabut dan tak tahu jalan. Ketika lampu menyala satu menit kemudian, Erick langsung berlari menghampiri ruangan tempat Alfar bersiap-siap. Namun, pria itu sudah tidak ada di tempat. Ruangan itu kosong tak berpenghuni.

    "Ya sudah, kau dan anggotamu harus menemukan Alfar. Dimanapun. Kalau perlu kelilingi rumah ini, aku yakin ia tak jauh dari sini."

    "Baik, Tuan." Erick pun undur diri meninggalkan James dengan pikiran kalut. Pria paruh baya itu memijit pelan pelipisnya. Barusan anak buahnya melaporkan hilangnya Alfar. Belum lagi para tamu yang sempat ketakutan karena insiden mati lampu. Apa yang sebenarnya terjadi di rumahnya? Kenapa bisa listrik padam untuk sesaat?
Tak ingin menyia-nyiakan waktu hanya untuk menetralkan pikirannya, James berlari ke arah lantai 2, ruangan Daniella berada.

My Love Is On FireWhere stories live. Discover now