17

267 23 23
                                    

semua nama tokoh, tempat, organisasi, kejadian dan karakter adalah fiksi/karangan penulis.

happy reading🍃

*****

Ryujin masih bingung harus mempercayai yang mana, saat Wooyuk sibuk menceritakan tentang menghilangnya dirinya yang sebenarnya, tiba tiba Minju datang dan menyangkal itu semua. Sempat terjadi kegaduhan, Daemi dan Joohyuk yang awalnya tidak ingin mengganggu jadi kalah ikut duduk diruang tamu.

Kepala Ryujin berdenyut, tangannya memijat pangkal hidung dengan pelan. Disebelahnya Jungkook hanya bisa diam, karna tidak tau harus melakukan apa. Minju dengan nafas yang masih memburu, dan Daemi berusaha menenangkan besannya.

"Jungkook-ah." panggil Ryujin, matanya memandang lantai kosong. Jungkook yang dipanggilpun hanya menoleh, menunggu Ryujin melanjutkan kalimatnya.

"Sakit," ucap Ryujin tiba tiba, Jungkook mengernyit bingung. Mendekat pada wajah Ryujin, menatap wajah itu dengan khawatir. Ryujin menoleh, pandangan mereka menyatu.

"Apa? Yang mana?" tanya Jungkook terdengar sangat khawatir, tangannya menjalar disamping pipi Ryujin. Mengelus perlahan, menatap mata Ryujin dalam.

"Kepala, hati, juga perutku. Sesuatu terasa mengalir, Kook-ah." ucap Ryujin, lalu setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Seluruh mata tertuju pada Ryujin, Jungkook segera menoleh kebawah tepatnya kearah kaki Ryujin.

Jungkook membulatkan matanya, disusul seluruh yang juga bisa ikut melihat cairan kental berwarna merah mengalir melalu betis Ryujin. Saat Jungkook kembali menatap Ryujin, tiba tiba mata Ryujin menjadi sayu lalu tubuhnya limbung ke arah Jungkook. Menyandar dengan lemas.

"Sakit. . ." lirih Ryujin merasakan badannya, pikirannya kacau memikirkan antara perut, juga kebenaran tentang ayahnya. Membuat sesuatu bereaksi didalam perutnya.

Jungkook segera menangkup kedua pipi Ryujin dengan tangan kekarnya. "Bertahan, sebentar. Tunggu!" suruh Jungkook, lalu memandang seluruh orang yang sedang menatap mereka seperti menonton.

"Apa yang kalian lakukan? Tolong hubungi ambulans, istri sekaligus anak dan menantu kalian sedang pendarahan." bentak Jungkook tanpa sadar, mereka semua tersadar lalu Wooyuk segera mengeluarkan ponselnya. Karna hanya dirinya yang memegang benda itu.

"Tidak usah sok peduli dengan anakmu! Biarkan aku saja yang menghubungi ambulans, urusi saja selingkuhanmu itu!" teriak Minju, saat menoleh dan mendapati Wooyuk tergesa menelfon ambulans. Terlihat begitu khawatir, melihat putrinya kesakitan.

"Apa maksudmu? Aku benar benar khawatir. Mengapa kau selalu menuduhku? Sudah kukatakan bukan, aku tidak selingkuh!" sangkal Wooyuk, tidak terima akan tuduhan wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu.

"Oh, ya? Lalu kenapa kau meninggalkan aku didetik detik aku akan melahirkan Minah? Kau lebih memilih wanita jalang itu, dan membiarkanku kesakitan hingga hampir kehilangan Minah!" bentak Minju lagi, ingatannya tentang kejadian ia terduduk lemah memegangi perut bulatnya sambil menatap pintu rumah yang terbuka lebar.

"Kau tidak mengerti keadaannya waktu itu!" Wooyuk kembali menyangkal, tapi tetap tidak memberitahukan keadaan yang ia maksud. Membuat Minju tetap merasa Wooyuk berbohong.

"Selalu seperti itu! Coba jelaskan keadaan--" ucapan Minju terputus karna lirihan Ryujin, ia jadi menoleh ke arah Ryujin lagi. Jungkook menunduk, menatap Ryujin yang memegangi perutnya menggunakan satu tangan. Dan satunya lagi meremas pelan pergelangan Jungkook.

"Eomma," panggil Ryujin pelan. "Hentikan. Sakit, eomma." air mata Ryujin menetes lagi. Amarah Jungkook meledak, menatap tajam sepasang suami istri yang melahirkan Ryujin.

Sincerity.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang