10. Demi Rheina

669 50 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Marhabaan Yaa Ramadhan🕌

Walau pun Ramadhan tahun ini berada di tengah-tengah pandemi ini, tapi semoga Allah tetap memberikan kekuatan kepada hamba-Nya. Perbanyak doa semoga wabah lekas sirna. Aamiin.

Mohon maaf lahir batin.
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan.

~~~~•••~~~~

MALAM itu Erik masih terjaga di atas ranjangnya. Memikirkan sesuatu, apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan uang. Dua hari sudah ia tidak bekerja dengan alasan yang selalu sama untuk menjawab pertanyaan Rheina.

"Papa, masih libur kerja?" Tanya Rheina.

"Ya.. Papamu ambil cuti sekitar satu minggu." Kata Erik berusaha meyakinkan Rheina dan segera mengalihkan pembicaraannya.

Terbayang wajah polos Rheina yang percaya-percaya saja dengan jawaban dari Papanya. Mungkin yang bisa Erik lakukan hanyalah bekerja seadanya. Tapi.. Apa? Memang awal-awal ini hidupnya masih bisa tercukupi. Pun ia masih bisa membiayai pendidikan Rheina yang tidak lama lagi. Tapi, setelah uang tabungannya itu habis Erik bisa apa jika tidak segera mendapatkan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Meski tak seberapa.

Sampai pukul satu malam pun Erik masih belum terlelap. Suasana sudah semakin sepi. Hanya suara serangga malam yang terdengar. Ia merasa melakukan kesalahan besar pada putrinya karena kecerobohannya dalam mengelola perusahaan. Ia terlalu mudah percaya dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya. Yang berakibat fatal seperti ini.

Malam semakin tua. Dan Erik benar-benar tidak tertidur memikirkan hal itu sampai ia mendengar suara Rheina yang bersin. Artinya hari sudah mulai pagi.

Erik memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya yang selalu sendiri sejak perceraiannya dengan Merry. Bahkan sebelum itu pun Erik sudah terbiasa sendiri kemana pun. Kecuali dengan sekretarisnya dulu.

"Rhein?" Panggilnya setelah mendapati Rheina sedang berkutat di dapur. Layaknya ibu rumah tangga tapi tanpa suami. Itulah Rheina.

"Iya, Pa." Rheina memalingkan pandangannya sebentar dari beras putih yang sedang dicucinya.

"Pagi sekali kamu bangun?"

"Iya, Pa. Ternyata mulai hari ini kelas kuliah Rheina mulai pagi lagi. Pak Dosen baru kasih infonya tadi malam dan kayaknya Papa udah tidur. Jadi Rhein baru kasih tahu Papa sekarang, deh. Makanya Rheina masak pagi banget biar nanti nggak terlalu buru-buru buat sarapan," katanya menjelaskan sambil tangannya lincah mengoperasikan magic com untuk memasak nasi.

"O iya, hari ini mau masakan apa, Pa? Biar Rhein masakin sekalian." Tawarnya. Sementara Erik masih duduk terdiam tanpa menggubris pertanyaan putrinya.

"Pa!!! Ih Papa diem aja, ih." Gerutu Rheina pada Papanya yang tidak merespon pertanyaannya sama sekali setelah sepuluh detik yang lalu.

"Ah!? Iya Rhein? Apa tadi pertanyaan kamu?" Kata Erik gelagapan. Karena sepertinya ia memang sama sekali tidak mendengar pertanyaan Rheina.

"Em.. Masak seadanya aja ya, Pa!?" Kata Rheina setelah membuka kulkas yang hanya tersisa sayur kol dan telur saja. Minggu ini Rheina belum diberi uang oleh Papanya untuk berbelanja.

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now