5

1.3K 192 30
                                    

Halloha pembaca Rea!

Dah, ah, nggak mau kebanyakan bacot. Cuz kalian langsung baca aja😂

Selamat Membaca❤️

***

Kring ... kring ...

Semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas saat mendengar bel pulang sekolah berbunyi. Galen yang mendengar itu, menoleh, memberi isyarat pada dua temannya yang duduk di bangku belakang. Yang dibalas acungan jempol dan gumaman oke. Kedua pemuda itu langsung bangkit berdiri dan berlalu keluar dari kelas sesaat setelah guru terakhir yang mengajar mereka keluar.

Rea memberesi buku-bukunya. Selesai dengan itu dia bangkit berdiri, dia menghembuskan nafasnya saat tahu-tahu Didik sudah berdiri di hadapannya dan mengajaknya pulang bersama. Rea hanya mengangguk singkat.

Galen setia duduk di bangkunya dengan tangan bersedekap. Beberapa kalia dia berdehem hanya untuk menyamarkan bibirnya yang ingin sekali berkedut tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Galen menoleh memandang Rea yang baru saja melewati bangkunya duduk. Di belakang wanita itu laki-laki idiot dengan kaca mata tebal itu mengikutinya. Galen tersenyum sinis, membayangkan jika mereka menikah akan sekampungan apa anak mereka.

Galen menegakan punggungnya saat gadis dan laki-laki idiot itu hampir sampai di pintu kelas. Dalam hati dia mulai menghitung tak sabar. Satu, dua ...

Byur!

Galen tersenyum puas di tempatnya saat melihat tubuh gadis dan teman idiotnya itu basah kuyup oleh siraman air yang berbau busuk dan berwarna coklat pekat. Setelah itu terdengar suara gelak tawa dari teman-temannya. Galen kembali menyandarkan punggungnya ke kursi kemudian.

Rea diam untuk beberapa saat. Tapi, kemudian kedua tangan perempuan itu mengepal erat. Dia mendongak, memandang dua pemuda yang masih membawa ember. Kedua orang itu malah bertos ria lalu tertawa puas melihatnya. 

Didik yang memang mengintili Rea hanya mampu menundukkan kepalanya saat semua orang menertawakannya. Rasa percaya dirinya saat masuk ke sekolah ini lenyap entah kemana. Didik merasa gemetar sekarang, dia ingin kembali ke sekolah lamanya saja.

"Mampus lo pada!" teriak salah satu pemuda itu.

Rea masih diam, dia memilih untuk melangkahkan kakinya pergi dari sana, berusaha mengabaikan suara gelak tawa yang masih bersahut-sahutan menertawakannya. Rea berusaha terlihat baik-baik saja atau mereka akan senang.

"Orang kampung, kalian itu nggak pantes sekolah di sini, kalian pantesnya itu sekolah di--"

"Kampung, lah atau kalau nggak sekolah di bawah jembatan." lalu mereka kembali tertawa bersahut-sahutan, seolah-olah itu adalah hal yang lucu.

Bugh!

Bruk!

Semua orang langsung terkesiap saat tiba-tiba saja Rea langsung menendang perut salah satu pemuda yang melontarkan hinaan padanya, pemuda yang sama yang menyiramnya dengan air. Belum selesai rasa terkejut mereka saat Rea mencengkram kerah seragam pemuda yang lainnya.

"Katakan sekali lagi," pinta Rea mendesis dengan wajah, memerah, menahan amarah. Bola matanya berkobar seolah siap melahap laki-laki itu.

Sedangkan yang dicengkeram kerah seragamnya terlihat menelan ludah. Dia masih diam sampai--

UNTOUCHABLEWhere stories live. Discover now