Tiga

34 3 4
                                    

[Devan Zeus Hadestra]

Suasana kota Paris saat ini sedang sangat cantik. Banyak bunga yang tengah bermekaran, namun tidak dengan harapan. Harapannya harus pupus ditengah musim semi kali ini. Mungkin lusa depan Devan dan Ibunya harus kembali ke Jakarta. Banyak hal yang perlu mereka lakukan disana.

Mengingat tentang Jakarta, Devan jadi teringat gadis cengeng itu. Apa kabar dia sekarang? Ah, sudah lama Devan tidak berbalas pesan dengannya.

"Eh, panjang umur."

Baru saja batinnya membenak, notifikasi pesan dari Rea mulai bermunculan.

"Haiis," Devan menggelengkan kepala pelan. Sebenarnya pesan itu sudah dikirim Rea sejak dua hari yang lalu. Namun, segala aktivitas dan tugas yang bejibun membuat Devan lebih suka mematikan ponselnya dan hanya akan dinyalakan ketika dia luang atau saat memerlukannya saja. Itu pun tidak semua pesan dibukanya.

Rea
- Dev? Masih sibuk ya? :/

- Issh, pengen cerita.

- Iya nih, pasti masih sibuk 'kan?

Devan
- Ih, sok tau!

Devan yakin Rea tengah cemberut saat menerima pesan darinya. Devan tahu betul bagaimana manjanya gadis itu.

Rea
- Jadi sekarang luang dong?

Devan
- Enggak.

Rea
- Dih, rese!

Devan sengaja membiarkan pesan Rea menampilkan tanda terbaca tanpa ada balasan. Terhitung dua menit sudah ada beberapa pesan masuk dari Rea.

Rea
- Devan, jangan rese dong!!

- Dih, malah diread doang.

- Devaaan!!

- Dahlah, Bodo!!

Senyum Devan kian mengembang, Rea masih sama seperti dulu. Gampang marah, gampang bete, dan gampang nangis. Akhirnya Devan memilih untuk menekan icon camera video yang ada diaplikasi whatsappnya.

Setelah beberapa detik berdering, akhirnya panggilan video itu tersambung.

"Hai," sapa Devan dengan senyum yang tetap mengembang saat melihat ekspresi Rea. Benar dugaannya, Rea tengah cemberut disana. "Kok cemberut gitu, sih?"

"Bodo!" jawab Rea ketus. Dia sebal setengah mati karena perilaku Devan.

"Haha.. Kamu masih sama ya, tukang marah."

"Serah aku lah,"

"Haha.. Iya-iya maaf. Tadi emang sengaja."

"Yaudah kerjain aja terus!"

"Dih, kok ngegas. Jelek loh ntar. Eh lupa, emang udah jelek 'kan ya?"

"Devan! Aku matiin nih."

"Elaah, Kenapa sih cemberut mulu?"

Kawan JalanWhere stories live. Discover now