Sebuah tawaran

591 30 2
                                    

Pondok pesantren Darul Syifa rumah keduaku , tempat ku menuntut ilmu merupakan pondok pesantren modern yang terletak di salah satu kota di Jawa barat. Ketika ku menginjakan kaki di tempat ini, usiaku 12 tahun. Dan telah kuhabisakan 4 tahun lebih aku hidup di Pondok ini. Tahun-tahun pertama begitu berat bagiku, rasa tidak nyaman, tidak betah kurasakan, hampir setiap hari selama seminggu hobiku pasti menangis. Namun nasihat dan pesan umi Abah membuatku kuat melewati masa-masa sulit itu, ditambah nasihat para ustadz dan ustadzah serta bu nyai dan Kiayi. Teringat salah satu nasihat penting Pak kiayi saat itu dihadapan ratusan santri baru. Beliau memberikan wejangan yang sampai saat ini masih terasa diingatanku seperti baru saja mendengarnya. Nasihat itu adalah bahwa sebuah pondok pesantren mengajarkanku arti dari kehidupan. Terdapat pembelajaran hidup yang tertanam dari sebuah pondok pesantren. Kita diajarkan hidup mandiri, dewasa, memiliki tujuan yang jelas yaitu menuntut ilmu dan yang paling penting adalah belajar tentang sebuah keikhlasan.

Asrama putri terletak tidak jauh dari asrama putra hanya terpisah beberapa blok rumah saja. Segala kegiatan semuanya terpisah kecuali beberapa kegiatan besar biasanya dilakukan di aula besar tempat petemuan yang terletak di kawasan asrama putri sebab asrama putri berdekatan dengan rumah kiayi. Kiayi kami meruapakan salah satu mubaligh ternama di daerah kami, beliau merupakan lulusan universitas mesir dan seoarang ulama yang disegani oleh kita semua sebagai santrinya juga oleh masyarakat daerah.

Berbicara mengenai asrama putri, aku akan menjelaskan bagaimana gambarannya. Asrama tempat aku tinggal memiliki kurang lebih 10 kamar. Setiap kamar terdiri dari 20-30 orang terbayang bagaimana ramenya kita jika sudah ada dikamar....aku saat ini duduk di kelas 5 atau kelas 11 MA, walaupun basis kami pondok pesantren, namun kami belajar seperti sekolah lain yang ada di luar dengan kata lain kita belajar kepesantrenan dan pendidikan formal ikut ujian sekolah, ikut UN atau ikut kegiatan formal lainnya. Saat ini angkatan ku atau generasiku menduduki jabatan sebagai pengurus pondok atau kaki tangan kiayi yang mengurusi hampir semua santri tentunya dengan bimbingan para ustadz dan ustadzah. Pemilihan ketua santri rencananya akan dilakukan pekan depan. ini meruapakan acara rutinan pondok setiap tahun, akan ada debat kandidat, kampanye, sidang pleno dan lain sebagainya dikarenakan acara besar otomatis acara ini akan digabungkan dengan santri putra.

Aku masih setia dengan qur'an ku, sore nanti aku harus menyetorkan hafalanku kepada ustadzah Maemunah. Dikarenakan beberapa kesibukan beliau menjelang pemilihan ketua santri aku jadi tidak sempat untuk menyetor hafalan mengingat tekad ku untuk mencapai impian sekolah di mesir yaitu aku dituntut untuk hafal qur'an minimal 10 juz dan sampai saat ini aku baru hafal setengahnya...

Tiba..tiba seseorang mengagetkaku dari belakang....

"woy.....haha....."

"ya Allah...bikin kaget saja...ada apa sih ning....buyar kan hafalanku...." Kesalku pada ning Tiara sahabatku dan ning kita semua....

"serius amet sih...gimana tawaran dari ustadz Hasan....mau ya...." Lagi lagi ning menodongku dengan tawaran Ustadz Hasan agar mencalonkan diri menjadi kandidat ketua santri dan hal ini sudah aku tolak....

"enggak ning....ning kan tau Kairo mau focus ngafalin Qur'an saja...tidak mau jadi jajaran staf pengurus apalagi jadi Ro'isah Kairo bantu jadi bagian penerima tamu saja...." Senyumku semanis mungkin

"tapi enggak ada lagi kandidat yang cocok kai...anak-anak pengen nya kamu..."

" kan ada Iklima ada Sarah ada Adawiyah....mereka juga cocok jadi ketua ning...atau ning juga cocok jadi ketua"

"hem...sebel deh...ya sudah kalau begitu maafkan sudah mengganggu tuan putri Cleopatra...haha...eh kata ustadzah Maemunah kemaren Kairo nganterin cucian bersih ke asrama putra ya...?

"iya...kenapa...?"

"ih....kenapa enggak ajak ajak....sebel deh...."

"haha...mau ngapain ning...mau modus ya....?"

"ya...enggak..bantuin kamu gitu..."

"ustadzah Maemunah nya enggak bilang suruh ditemenin...jadi Kairo sendiri deh...lagian menegangkan banget ada di sana, serasa jantung copot...udah mah panas...." Gerutuku

"hem...ya sudah...sebentar lagi ashar nih...mau bareng ke masjid...?"

"duluan aja ning...nanti Kairo nyusul...."

"ya sudah...jangan sampe telat..." ning Tiara berlalu dari hadapanku perempuan satu itu selalu ceria, dia jugalah yang selalu menghiburku selama ini, bahkan ketika masa sulit awal-awal aku hidup dipondok ini. Dia merupakan putri kedua Romo Kiayi. Kamipun memanggilnya dengan sebutan Ning, sementara putra pertama Romo Kiayi sedang menempuh pendidikan di Maroko. Akupun belum pernah melihat dan bertemu dengan beliau kalau tidak salah namanya Gus Yusuf sering ku mendengar cerita dari ning Tiara bahwa kakanya susah sekali untuk pulang padahal ning Tiara sangat merindukannya.

***

Tepat jam 16.00 aku sudah berada di depan ruangan tempat biasanya menyetorkan hafalanku. Ustadzah Maemunah belum juga terlihat. kuputuskan untuk Murojaah sekali lagi memantafkan hafalanku..

Tiba..tiba...

"sudah lama menunggu kai...?" sesosok anggun itu berjalan menghampiriku tidak pernah absen aku memuji nya apalagi saat itu beliau memakai kerudung berwarna pink menambah kecantikannya.

"tidak ustadzah..."senyumku

"bagaimana kemarin tidak ada masalah kan ketika ustadzah suruh kairo ke asrama putra" tanyanya

"alhamdulilla tidak ustadzah, untungnya ada ustadz yang menolong kairo"

"ustadz...? Hem..."

"namanya ust Rizal...ustadzah mengenalnya..?"

Terlihat raut muka tidak nyaman dari ustadzah maemunah. beliau kemudian mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan hafalanku. Akupun tidak meneruskan percakapan mengenai ust Rizal dan sepertinya tanpa bertanya pun terlihat beliau mengenalnya.

Setelah kurang lebih satu jam akhirnya selesai sudah aku menyetorkan hafalanku. Lumayan sekitar 2 juz hafalanku bertambah. Sebenarnya yang sulit dari menghafal Qur'an bukanlah ketika menghafalnya, namun ketika mempertahankan hafalannya sebab manusia tidak luput dari sifat pelupa hal demikianlah yang menjadi tantangan tersendiri. Berbicara mengenai ustadzah Maemunah, beliau merupakan lulusan dari pesantren tahfidz yang terletak di Jawa timur. Usianya kira-kira 26 tahun dan yang membuat aku mengagumi beliau adalah beliau merupakan Hafizdah hafal 30 juz Al-Qur'an. Ustadzah Maemunah terbilang baru mengabdi di pondok pesantrenku kalau tidak salah beliau baru 2 bulan berada disini. Orang tuanya merupakan sahabat dekat Romo Kiayi.

"kairo....setelah ini apa kegiatan mu...?" Ustadzah Maemunah kembali berbalik kearahku yang tadinya sudah meninggalkan ruangan ini.

"hem...kairo paling akan mandi, makan, terus siap-siap sholat berjamaah di masjid, ada apa ya ustadzah...?"

"oh..iya tidak apa-apa..., bagaimana keadaan umi kairo..?"

"Alhamdulillah ustadzah sudah mulai membaik, tadi pagi kairo sudah menghubungi beliau lewat wartel pondok"

"hem...untuk soal tadi kamu menanyakan ustadz Rizal...beliau teman satu pondok ustadzah di pesantren tahfidz.."

"oh..iya ustadzah...pantesan ketika kairo menyebutkan nama ustadzah, beliau seperti menelisik gitu, ternyata kenal ya..."senyumku

"ya sudah ustadzah undur diri ya..."

"baik ustadzah, terimakasih bimbingannya untuk sore ini"

Raut muka beliau tiba-tiba sumringah..ada apa sebenarnya....

Antara Riyadh dan KairoWhere stories live. Discover now