04. The Bad Talker; They Said.

1.3K 148 42
                                    

Kamu dan Matahari adalah dua hal yang berbeda, namun dengan energi yang sama.

-seseorang dengan kata-katanya-

***

“Salinin tugas gue dong?” Arseno melempar buku latihan Kewarganegaraannya ke hadapan Tari sesampainya gadis itu di kelasnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

“Salinin tugas gue dong?” Arseno melempar buku latihan Kewarganegaraannya ke hadapan Tari sesampainya gadis itu di kelasnya.

Tari memandang datar buku tulis yang tergeletak tepat di atas meja di hadapannya. “Siapa ranking terakhir di 12 Ipa 2?” tanyanya.

“Yang jelas bukan gue,” jawab Yuta sambil melirik penuh ejekan ke Deno yang bermain game di sudut ruangan.

“Jangan gitu, ntar Nana kesinggung.” Ternyata Deno mendengar pertanyaan dari adik kelasnya itu. “Itu maskot kebanggaan dia yang nggak boleh di tinggalin.”

“Anjir, nggak nyadar diri banget lo ya?” Nana memukul lengan Deno, jengkel. Sedangkan Arseno hanya mengangkat kedua bahu tak peduli, membiarkan dua sahabat karib itu menyelesaikan masalahnya.

“Emang kenapa lo nanya gitu?” Arseno memangku tangannya di meja yang sama di mana tangan Tari terlipat. Memandangnya intens dari jarak wajah sedemikian dekat. Namun Tari tak bergeming, bahkan terlihat kikuk saja tidak.

Menarik.

“Soalnya Kakak kayaknya kandidat terbaik sebagai penghancur bangsa tahun ini.” Tari mendorong buku latihan Arseno menjauh. “Bego boleh, tapi jangan di pamerin kali, Kak. Malu, itu ‘kan aib?”

“Lo!” Arseno mengangkat tangan, hampir menjambak rambut Tari yang sepertinya sengaja memancing emosi dengan omongannya. Tapi Arseno tak mau kalah, dia harus bisa ‘menjinakkan’ spesies tak biasa sejenis Tari ini. “Kalo lo nggak mau, gimana lo pergi ke kantin aja? Gue nitip makanan, harus di kantin paling belakang sekolah. Oh, satu lagi. Karena gue lagi males ngomong, lo harus nanya ke Taka atau nggak Gugun apa makanan yang gue suka.”

“Gugun siapa? Emangnya Kak Taka lagi di mana?”

“Ya mana gue tahu,” sahut Arseno tak bohong. Toh, sejam yang lalu Taka juga sudah menghilang. Mungkin lagi pulang kampung ke alamnya. Gen? di mana lagi jika tak bermeditasi di tempat para petapa jenius berada?

Tapi seriusan Tari tidak mengenal Gugun? Kalau memang iya, Arseno harus akui tingkat kekudetannya yang mencapai level mythic glory.

“Males lah kalau gitu.” Tari menyandarkan punggungnya santai ke sandaran kursi, masih dengan wajah tak tertarik. Arseno gemas, mungkin kalau ada nominasi ‘Mulut yang Paling Menyebalkan se-Cahaya Biru’, dengan senang hati Arseno akan mengusulkan Tari sebagai salah satunya.

“Lo mau gue sebarin videonya?” ancaman terakhir, yang biasanya mampu membuat Tari mau menggerakkan tubuh malasnya hanya untuk melakukan apa yang Arseno suruh.

My Illegal Boyfriend Donde viven las historias. Descúbrelo ahora