Chapter 32

6.7K 321 0
                                    

"Prajurit! Seret Aixin Jueluo Mingli dari hadapanku! Penggal segera!" Kata kaisar di penuhi kemurkaan.

Prajurit langsung memasuki ruangan ini. Mereka menyeret Mingli! Tanganku yang terulur berhenti diudara, aku segera bersujud di hadapan kaisar memohonnya memaafkan Mingli.

"Yang Mulia, hamba mohon maafkan Mingli. Hukum saja hamba! Hamba yang telah merayunya!" Ujarku menatap Mingli yang diseret. Hatiku semakin tak karuan dibuatnya.

Mingli memaksa melepaskan diri, berlutut berjalan kesisiku.

"Huang ama! Ini bukan salahnya, hambalah yang memaksakan pernikahan ini hukum saja diriku jangan hukum dirinya" Mingli bersujud berkali-kali.

"Tidak ini salahku, tak ada hubungannya dengan pangeran ke enam" aku berusaha membalikkan situasi biar aku saja yang berkorban deminya.

"Tidak, ananda yang bersalah! Kalau mau hukumlah diriku!"

Kaisar memukul tepian singgasananya marah dan semakin marah. Matanya berapi-api menatap kami berdua yang terus berusaha memikul hukuman ini.

"Hentikan kalian berdua! Mau mati kan?! Prajurit penggal segera kedua orang ini!" Teriak kaisar bergema di dalam ruangan.

Aku dan Mingli berpegangan erat tak mau dipisah, ketika pengawal datang membawa kami pergi Mingli meraih tanganku tak mau dipisah-pisah.

"Huang ama hentikan!" Seru sebuah suara familiar menghentikan aksi ke empat prajurit. Prajurit-prajurit itu segera berlutut memberi hormat kepada Mingguo yang datang tepat menolong kami.

"Huang ama, saling mencintai bukanlah suatu kesalahan"

"Apa katamu ananda?!" Kaisar mendengus, "kau ingin membuat huang ama juga menghukummu?!"

"Ananda tak bermaksud begitu huang ama, tapi dengarkan penjelasan ananda"

"Baik, silakan jelaskan padaku"

Mingguo memulai ceritanya. Penangkapan rombongan Fucha Yangyong dan Albert yang sedang menunggu kedatanganku atas persetujuaan perdana menteri Ma'ertai hari itu juga Mingguo mengutus rombongan pernikahan serta menyuap mak comblang dan kru iringan pernikahan demi menukarkan tanduku dan tandu orang suruhan Mingguo.

Ketika sampai di kediaman itu, Albert tentu saja bukan menyambut diriku melainkan menyambut kedatangan para prajurit yang datang membawanya kehadapan perdana menteri Ma'ertai. Atas keputusan perdana menteri, Albert dan rombongan pemberontak Yangyong di hukum mati dengan di cincang hidup-hidup.

Kaisar tertegun sebentar lalu mengangguk mengerti, "baik zhen hanya akan memaafkanmu jika Ratu dan er'niang-mu menyetujui menantunya ini"

"Benarkah? Hamba berterima kasih kepada kaisar" ucapku dan Mingli hampir bersamaan.

Mingguo mengedipkan sebelah matanya pada kami berdua.

------

Mingli menyiapkan pakaian resmi seorang fujin untukku. Kami akan menghadap ratu dan para selir kaisar. Saat ini dirinya juga mengikutiku berpakaian resmi seorang qing wang. Dia terlihat lebih tampan dari biasanya.

"Apa kau sudah siap?" Tanya Mingli lembut padaku.

Aku mengangguk, "ya" sambil berpegangan erat pada bahunya.

Kami bersama-sama menuju kediaman ratu di istana Chu Xiu, Mingli maju duluan memasuki ruang utama kediaman ratu sementara aku mengikutinya dari arah belakang. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, di singgasana phoenix duduk seorang wanita empat puluhan yang terlihat agung serta para selir-selir kaisar dari muda hingga tua berjejer disisi kiri dan kanan ruangan ini. Kami berlutut di hadapan.ratu, er'niang Mingguo yang tengah tersenyum.

"Ananda memberi hormat kepada ratu dan para niang-niang sekalian" aku menbeo mengikuti Mingli.

"Berdirilah" kata ratu tenang.

"Huang er'niang inilah fujinku"

"Sini, biar huang er'niang melihatnya. Angkat wajahmu anak manis"

Aku mengangkat wajahku menatap sosok yang berdiri di depanku. Ru gui ren yang merupakan ibu kandung Mingli berdiri tak suka.

"Apa-apaan kau Mingli? Kenapa kau menikahi gadis han?" Tanya er'niang sinis.

"Er'niang, inilah keputusan ananda. Tak bisakah er'niang menghargai keputusanku?"

"Bagaimana aku bisa menghargainya kalau kau jelas-jelas melanggar adat?!" Ru gui ren berdiri menghadap anaknya, wajahnya memerah.

"Itu bukan masalah, bukankah er'niang juga orang Han? Jadi apa salahnya aku menikahi orang yang kucintai?"

"Ming . . . Mingli . . .jangan . . ." Aku menahan bahu Mingli berusaha melerai pertengkaran kedua ibu-anak ini.

Mingli membalas, "tapi . . ." Ratu kemudian menyela ucapan Mingli "sudahlah Ru gui ren, masalah anak muda biarlah mereka yang mengurusnya sendiri" ucap ratu lagi-lagi tenang seperti tadi.

Er'niang Mingli terdiam dan akhirnya menghela nafas "benar Yang Mulia. . . "

"Baiklah. Kasim Chao!" Panggil ratu lagi.

Seorang kasim berlutut dihadapan ratu perawakannya juga sama tuanya dengan usia ratu "zha"

"Sampaikan pesanku pada kantor urusan keluarga kerajaan, aku menaikkan status keluarga Chen dari Han menjadi Manchuria, Chengiya"

"Zha" kasim Chao melesat pergi dari hadapan semuannya.

"Kenapa? Apa kalian tak suka?"

Aku menatap Mingli yang menatapku. Kami segera berlutut bersamaan menuturkan kalimat yang sama, "hamba berterima kasih atas kebaikan ratu"

Catatan :

Huang ama : panggilan ayah untuk kaisar

Er'niang : panggilan ibu dari anak-anak kaisar kepada ibu kandungnya

Niang-niang : panggilan hormat kepada para istri kaisar

Huang er'niang : panggilan anak-anak kaisar kepada ratu

Gui ren : selir tingkat lima dari semua ranking selir dinasti qing

Zha : ya atau baik (bahasa Manchuria)

Only LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang