8. MOVE ON

9.6K 593 16
                                    

SMA Pratama Bangsa libur pada hari sabtu dan minggu. Tapi tetap saja tugas selalu setia menemani hari libur para siswanya. Untungnya Rara sudah mengerjakan seluruh tugasnya tadi malam, jadi dua hari kedepan ia bisa santai-santai saja.

Hari ini Rara pergi ke sebuah cafe yang terletak tak jauh dari apartemennya. Cafe ini ialah peninggalan dari kedua orang tuanya, ia harus mengurus cafe ini agar dapat memenuhi kehidupannya.

Sebenarnya bisa saja Rara ini tinggal bersama saudaranya, tapi Rara tak mau merepotkan orang lain. Selagi ia masih bisa berdiri sendiri, ia akan tetap berusaha.

Pagi ini cafe belum cukup ramai hanya ada beberapa orang yang tengah mengopi dan sarapan. Rara mempercayakan cafe ini kepada tante Sella, ia adalah teman dekat Bundanya. Tante Sella memang sudah mengenal bundanya sejak SMP, ia pun sudah menganggap Rara seperti anak kandungnya sendiri.

"pagi tante"

"hai pagi sayang, kamu apa kabar? Baru kesini"

"hehe baik tante, gimana Tan cafenya rame?"

"alhamdulillah rame terus Ra"
Sella mulai membuatkan susu hangat untuk Rara, ia sebenarnya khawatir pada Rara. Gadis ini memang selalu ceria, namun Sella masih bisa melihat gurat kesedihan dari gadis cantik ini.
Sella bersyukur Tuhan memberikan kekuatan yang luar biasa pada Rara. Gadis berusia 18 tahun ini sudah menanggung semuanya sendirian.

"makasih ya tante" Rara mulai meminum susu hangatnya. Ia senang masih bisa merasakan kasih sayang seorang ibu dari sosok tante Sella ini.

***

Arga sudah berpamitan pada temannya setelah ia sarapan bersama mereka. Tentunya sarapan dengan masakan yang dibuat oleh Adnan, sang juru masak Alkatrix.

Ditengah perjalanan ia mampir ke sebuah taman kota. Saat kecil ia selalu bermain di taman ini. Taman yang dipenuhi oleh pepohonan serta beberapa permainan anak-anak.

Arga kembali menyipitkan matanya. Ia berusaha penajamkan penglihatannya.
Seorang gadis tengah tertunduk di sebuah bangku taman. Arga mendekati gadis itu, dilihatnya pundak gadis itu bergetar. Ia yakin gadis ini tengah menangis.

Merasa ada yang datang mendekatinya, Rara mulai mendongkakkan wajahnya. Terkejut, ia melihat Arga yang berdiri dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"ngapain lo?" Rara mulai menghapus air matanya, khawatir jika Arga akan melihatnya.

Arga menatap heran pada gadis ini, ia mencoba mencari seseorang di taman ini. Tapi hasilnya nihil, ia berpikir jika Rara ini sedang menangis karna seseorang kan.

Arga duduk disamping Rara, ia menatap ke arah depan. Ia tak ingin membuat Rara malu karena terus diperhatikan olehnya.

Rara baru ingat. Saat ini ia tengah berbicara dengan kulkas berjalan, pantas saja tak ada jawaban dari pertanyaannya.

"Arga"

"hmm"

"lo tau rasanya kehilangan orang yang lo sayang?"

Arga masih tetap menatap lurus kedepan dengan telinganya yang ia buka lebar-lebar berusaha mendengarkan cerita Rara.
"gue sakit hati Ar, dia jahat, dia ninggalin gue gitu aja" Rara mulai menangis kembali, namun tak terlalu kencang seperti tadi.

Arga menaikan satu halisnya. Ia berpikir jika Rara ini baru saja diputuskan oleh pacarnya.
Rara tak memperdulikan Arga yang masih memasang wajah datarnya. Ia hanya ingin mengeluarkan keluh kesahnya sekarang.

"kenapa mesti gue yang ngalamin ini semua? Apa segitu buruknya takdir gua Ar"

"gue kehilangan semuanya Ar, gue sekarang sendirian, ga ada yang nemenin gue"

Arga heran pada gadis ini. Apa katanya, sendirian? Lantas siapa yang sedang duduk disampingnya kini. Apa Arga ini hantu gitu.

Maklum ya gaes Arga ini agak lemot kalo nyangkut soal perasaan hehe.

Kini Arga menoleh kesamping kirinya, dan mendapati Rara sedang menangis kembali. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Menenangkannya? Bagaimana caranya? Arga tak paham masalah begituan.

"udah nangisnya?"
Rara menatap Arga kesal. Bagaimana lelaki ini berbicara seperti itu.

"ikut gue" Arga menarik tangan Rara, membuatnya harus menyeimbangkan langkah kaki Arga yang besar.

"mau kemana Ar?"

"berasa ngomong sama tembok kalo gini mah" gumam Rara yang masih bisa didengar Arga.

"naik"

"kita mau kemana emang?"

"pegangan"

Mau tak mau Rara memeluk Arga karena lelaki ini terus saja mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

***

Mereka kini memasuki wilayah mall di daerah Bandung. Apa Arga mengajak Rara shopping ya?

Rara berjalan disamping Arga, matanya terus saja melihat kesana kemari. Dan Arga? Entahlah masih saja dengan wajah temboknya.
Banyak pengunjung mall yang terpesona akan ketampanan wajah Arga. Rara memang mengakui kalo lelaki ini sangat tampan, hidung yang mancung, kulit yang tak begitu putih, mata yang tajam serta rambut berwana coklat yang dibiarkan memanjang.

Arga ini termasuk cowok yang jangkung, Rara saja hanya sepundak Arga. Padahal Rara ini termasuk kategori cewek yang tinggi loh.

Mereka memasuki suatu restoran di dalam mall itu. Setelah pelayan itu mencatat pesanan mereka, kini hanya kebeningan yang ada. Arga menatap Rara dengan pandangan yang aneh.

"kenapa lo liatin gue begitu"

"apa hubungan lo sama Tristan?"

Tristan? Ya seperti itu lah yang telah dipikirkan oleh Arga sejak tadi. Arga berpikir bahwa Rara ini baru putus dengan kekasihnya, dan ia yakin Tristan lah pelakunya.

Rara terkejut, bagaimana Arga bisa kenal Tristan? Oh iya Rara lupa Arga ini kan anak Geng Alkatrix pasti lingkaran pertemanannya ini luas.

"gak ada hubungan apa-apa. Kita cuman temenan aja ko"

"oh"

"emang kenapa nanyain Tristan?"

"Ga"

"Dasar tembok" guman Rara

"gue denger" ucap Arga yang kemudian menyantap makanannya yang baru saja tiba dimejanya.

Rara tersenyum tak tau malu pada Arga.

Arga yang mencuri pandang untuk melihat senyum itu pun, tersenyum tipis, sangat tipis.

Cantik, batin Arga.
Sadar akan pikirannya, Arga menggelengkan kepalanya berusaha menepis pikiran itu.

***

Mereka kini sudah didepan apartemen Rara. Ia hanya menatap Arga setelah memberikan helmnya.

"lo gak nawarin gue mampir?"

"hah apa?"
Arga berdecik, apa Rara ini benar-benar bolot ya?

Rara hanya terkekeh melihat Arga, "lo mau mampir nih ceritanya?" goda Rara

"gak"

"tuh kan gue udah tau jawaban lo tu pasti gitu. Jadi gue gak perlu buang-buang tenaga buat basa-basi sama lo"

"eh btw makasih ya Ar atas traktirannya tadi"

"iya, lo harus move on. Cowok gak cuman dia aja"

Rara mengerutkan dahinya, ia bingung apa yang sedang Arga bicarakan. Move on? Cowok? Memangnya dia kenapa?

"maksudnya?"

"ga, Gue balik dulu"

Motor Arga langsung melesat jauh menghilang dari pandangan Rara. Ia masih bingung dengan ucapan Arga barusan.

"dia kenapa sih?"

***

Karawang, 30 April 2020

ALKATRIX [COMPLETED]Where stories live. Discover now