✨Selamat membaca✨
Semoga kalian sukaJangan lupa tinggalkan jejak hargai sesama yaaa
"Walaupun perjuangan gue gak pernah dihargai. Bagi gue gak ada perjuangan yang sia-sia. Jika menang, jadikan sebuah pengalaman. Dan jika kalah, jadikan sebuah penyemangat." -Darren Niko
***
"itu punya aku,"
"ASTAGFIRULLAH," Rara terlonjak kaget dan membuat nampannya hampir terjatuh. Tangan besar itu tiba-tiba berada di pundak kirinya.
"kamu itu beneran hantu ya? Kerajaannya ngagetin mulu," Rara menatap tajam ke arah laki-laki berperawakan jangkung dengan baju kaos putih dan celana jeans hitamnya.
Arga hanya tersenyum, ia kembali duduk dan menatap Rara saat pesanannya diantar olehnya."pesanannya mau dibawa balik lagi?"
Rara menatap nampannya dan langsung menyimpannya di meja Arga. Ia tersenyum kecut dan Arga hanya terkekeh melihat kekasihnya ini.
"mau kemana lagi?" tanya Arga.
"aku masih ada kerjaan,"
"kan kamu yang punya cefenya,"
"para pegawai aku banyak yang libur hari ini, jadi cuman sedikit yang kerja kan kamu bisa liat sendiri kalo sekarang lagi rame," jelas Rara.
"tapi kan aku mau makan,"
"ya tinggal makan aja apa susahnya," jutek Rara.
"temenin,"
Rara melongo kaget, sejak kapan Arga jadi manja seperti ini. "tumben manja, biasanya juga dingin," ketus Rara.
"yaudah terserah," ucap datar Arga. Ia melipatkan kedua tangannya dan memasang tampang datar andalannya.
Rara berdecik. Arga ini cepat sekali berubah moodnya. "yaudah iya tapi sebentar ya, aku mau nganter pesanan dulu,"
Rara langsung pergi menuju meja pemesanan dan kembali mengantarnya ke pengunjung cafe. Hari ini cafe memang ramai, cafe ini dipenuhi oleh pengunjung remaja yang sekedar nongkrong bersama teman-temannya.
Rara terus sibuk, mondar-mandir kesana kemari. Arga terus memperhatikan tingkah Rara. Ia bersender dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dadanya. Perlahan sudut bibirnya terangkat, bahkan gadis itu selalu membuatnya senyum tak beralasan.
Setelah beberapa lama Rara kembali mendekat ke meja Arga. Ia terlihat kecapean dengan keringat yang menetes di dahinya. "maaf lama," ucap Rara sambil tersenyum.
Arga menegakkan tubuhnya dan mengambil selembar tisu yang tersedia di meja. Ia mengelap dahi Rara yang berkeringat. Mereka duduk berhadapan dan hanya sebuah meja sebagai pembatasnya.
Seketika tubuh Rara menengang. Matanya melebar tanpa berkedip. Semu merah muda tiba-tiba muncul di kedua pipinya tanpa permisi.
Arga yang melihatnya hanya terkekeh, ia membuang tisu itu dan kembali menatap Rara. Gadis ini masih membeku di depannya."mau tahan nafas sampai kapan?" tanya Arga.
Seketika Rara mengambil nafas dan memegang kedua pipinya yang memanas.
"nggak usah ditutupin, aku suka,"
Sial. Pipi Rara malah semakin bersemu mendengar ucapan Arga. "jangan ngomong gitu dong, jadi malu tau,"
Arga terkekeh, "mau makan?"
"nggak, aku udah makan tadi di apartemen sebelum kesini,"
"kamu emang sengaja ke sini atau gimana?" lanjut Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Teen FictionSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...