5. Pengakuan?

914 207 105
                                    

"Bersamamu ... aku memahami, seperti apa itu rindu."

STK 2020

Selamat Membaca

*****

Kediaman keluarga Mahardika terlihat begitu sepi. Bangunan yang luas ini hanya diisi oleh seorang kakak dan adik serta para pekerja di rumahnya.

Aileen baru saja menuruni tangga hendak menuju dapur. Ia merasa haus dan lapar. Beberapa pegawai rumahnya sedang sibuk mengurusi acara amal yang diadakan orang tuanya di Balai Kota.

Menjadi putri salah satu pengusaha sekaligus anggota pemerintahan menjadikan Aileen terkekang dalam aturan. Ia harus selalu berhati-hati menjaga sikap. Kakaknya- Aidan menuruni sifat ayah mereka. Tegas, tertarik dalam politik dan suka memerintah pastinya.

Sesampainya di bawah, ia melihat tas kakaknya di ruang tamu. Kakaknya sudah pulang tetapi tak terdengar bising. Tumben sekali.

Akhir-akhir ini memang ada yang salah dari tingkah sang kakak. Menjadi salah satu orang yang diharapkan kesuksesannya, menjadikan Aidan pribadi yang kolot dan taat terhadap aturan.

Namun Aileen memperhatikan ada yang berubah dari kakaknya. Entah dari sifat atau kebiasaan sehari-hari. Ia terlihat lebih rileks?

Aileen membuka lemari esnya dan mengambil beberapa camilan disertai jus jeruk kesukaannya.

Orang selalu menilai kehidupannya berjalan dengan baik. Namun pada kenyataannya ... ia diberikan titipan sejak kecil. Ia sakit.

Tidak boleh makan sembarangan, tidak boleh ikut olahraga, tidak boleh capek. Dia memiliki Asma. Ia bahkan menjadi pribadi yang sangat buruk di masa kecil. Kebiasaannya dimanja dan dituruti setiap hal yang ia mau, menjadikannya suka seenaknya. Namun itu dulu, sekarang ia sadar bahwa hal seperti itu tidaklah baik baginya ataupun orang lain.

Memiliki seorang kakak yang perhatian dan penuh kasih sayang, membuatnya bersyukur. Ia tak ingin mengulangi kesalahannya dulu.

"Leen, ngapain ngelamun di situ?" Aileen tersentak dan menjatuhkan kue di tangannya. Ia bahkan tak sadar sedari tadi Aidan sudah duduk di depannya.

"Sejak kapan lo di situ kak?" tanyanya masih dengan ekspresi terkejut.

"Semenjak lo berdiri terus mulut lo nganga kayak gini nih." jelas Aidan memperagakan ekspresi adiknya. Aileen langsung melemparnya dengan kue.

Seorang wanita paruh baya menghampiri ia dan Aidan di tengah perseteruan kakak-beradik itu. Pada awalnya Aileen tak menyadari kehadiran asisten rumah tangga yang sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi kepada keluarganya itu. Ia terlalu sibuk mendengarkan ceramah dari Aidan. Setelahnya, Aidan meninggalkan Aileen untuk menerima telepon.

"Bunga punya siapa, Bi?" tanyanya saat melihat Bi Tami membawa sebuket mawar merah.

"Punya den Aidan non, kayaknya dia lupa bawa tadi."

Mata Aileen terbelalak shock. What the hell - Aidan Mahardika punya bunga? Mawar merah pula.

Aileen merampas bunga itu dari sang bibi lalu ia berlari menghampiri kakaknya.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Where stories live. Discover now