44. Psycho

384 136 152
                                    

Obsesi membuatmu kehilangan segalanya.

Karena itu, Tuhan mengajarkan kepada kita untuk tidak menyukai segala sesuatu secara berlebihan-

***

Aldi berlarian di koridor rumah sakit dengan wajah pucat pasi. Ia berkendara dala kecepatan di atas rata-rata, membelah keheningan suramnya malam di pertengahan kota.

Firda dirawat di Rumah Sakit milik saudaranya, keluarga Basupati. Ia sedikit mengenal beberapa orang petinggi di rumah sakit ini.

"Pak Reynaldi," sapa seorang perawat senior yang sering melihatnya datang bersama dengan Darel ataupun keluarga lain.

"Temen saya dirawat di sini, namanya Firda Shaqueena Ramadhani. Kamar nomor berapa, ya?" tanyanya begitu gugup. Keringat dingin sudah membanjiri tubuh Aldi.

Perawat itu segera melihat komputernya dan mencari nama Firda di sana. Aldi menunggu dengan tidak sabar. Harusnya ia tidak meninggalkan ponselnya di dalam mobil.

"Ruang Rose lantai tiga, VVIP," ujar perawat itu.

"Thanks."

Aldi berlari ke arah tangga, ia tidak mempedulikan keberadaan lift. Padahal, ia bisa menaiki lift bagian eksekutif tanpa perlu menunggu bersama yang lain.

Sesampainya di sana, ia bisa melihat Maida dan beberapa orang lain yang Aldi rasa, salah satunya adalah Aidan. Aldi mendekat dengan terburu-terburu.

Dekat, semakin dekat. Ia bisa melihat wajah orang-orang yang tengah menunduk menunggu Firda di luar ruang rawat.

"Brengsek!" umpat Aldi maju lebih cepat saat ia melihat kehadiran Haidar di sana.

Kedatangan Aldi dengan kemarahannya, berhasil memecah keheningan yang sedari tadi menguar di koridor lantai tiga ini.

Ia menarik kerah baju Haidar dengan kasar.

"AL!" pekik Maida merasa terkejut.

Ia sampai bangun dari duduknya menghalangi Aldi agar tidak berbuat keributan.

"MANA JANJI LO, HA?" tanya Aldi menggebu-gebu.

Maida berusaha menghentikan perkelahian antara dua pria di hadapannya dengan susah payah. Ia menyelinap di antara Aldi dan Haidar berusaha membuat jarak di antara keduanya.

"Al, Udah! Ini rumah sakit!" desisMaida menatap tajam ke arah Aldi juga menjauhkan Haidar dari pria ini.

"Cowok ini udah janji sama gue buat jagain Firda!" tunjuk Aldi kepada Haidar. "Tapi apa buktinya! Brengsek!"

Haidar tidak mendebat Aldi akan emosinya yang telah meluap dan dijadikan pelampiasan olehnya.

"Ini bukan kemauan gue," jawab Haidar meringis kecil karena bukan hanya Firda yang mengalami kecelakaan tadi sore.

Haidar masih selamat karena ia membentur air bag dengan sempurna. Berbeda dengan Firda, gadis itu mengalami pendarahan di sekitar kepala dan bagian wajah lain akibat air bag yang tiba-tiba rusak di waktu yang tidak tepat.

Ia malu, tentu saja. Tetapi, ini bukan kesalahan Haidar sepenuhnya. Seseorang telah memutus rem mobil miliknya sehingga terjadilah kecelakaan ini. Ia sadar, jika ini bukanlah waktu yang tepat untuk mencari pelaku. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Firda. Maka dari itu, Haidar masih bungkam, menunggu Firda sadar dari penanganan daruratnya.

"Tenangin diri lo dulu!" ujar Maida membawa Aldi sedikit jauh dari Haidar.

Aldi membuang wajahnya kasar, ia tak ingin melihat keberadaan pria bodoh itu. Kurang ajar sekali ia! Berani-beraninya membuat Firda terluka.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Where stories live. Discover now