Part 9 POV Dika

2.5K 85 2
                                    

Terima kasih, untuk bintangnya ditunggu komentarnya 🙏🏽😊

🍁🍁🍁

Semua aktivitas di mulai sejak azan Subuh berkumandang, tanda panggilan-Nya sudah diperdengarkan seluruh penjuru dunia untuk segera ditunaikan.

Aku yang telah selesai mengerjakan perintah-Nya, kini tengah sibuk membongkar isi lemari pakaian yang isinya hanya kaos yang selama ini selalu kukenakan.

Aku mulai paham soal penampilan, dulu yang orang bilang penampilan nomor satu kini baru kusadari benar adanya. Penampilan yang rapi itu cerminan diri. Selama ini aku terlalu cuek soal itu, tak ada satu pun pakaian formal dan rapi dalam isi lemari ini.

Pantas saja, Mbak Vira tidak suka denganku selama ini. Lah, penampilan urakan gini, mana mau sama bocah begini. Dia lebih tertarik dengan si dosen yang so baik itu. Selalu berpenampilan rapi dengan kemeja yang selalu sepadan dengan celana bahan yang ia kenakan.

Namun, aku bukan ingin meniru penampilannya. Hanya ingin terlihat lebih rapi dari biasanya. Dan hari ini aku ingin mencobanya.

Kembali kubongkar paksa isi lemari, kaos yang sering kugunakan sudah berserakan tak kuhiraukan. Terus mencari kemeja yang dulu pernah kubeli bersama Almarhum Bang Dito. Namun, dulu sama sekali tak ingin kupakai. Karena terlalu tua menurutku.

Kembali aku menyisir rambut dengan rapi. Mengenakan kemeja biru muda kali ini, lengannya kugulung hingga ke siku. Celana jeans dengan sepatu merek sponsor olahraga ternama menjadi pilihan penampilanku hari ini.

Aku yakin Mbak Vira tidak akan menganggap seperti anak kecil lagi. Rambut yang telah rapi. Nanti pasti akan berantakan, jika Almira gemas menjambaknya lagi.

Benar saja sebelum tiba di ruang makan untuk sarapan. Almira sudah riang melihatku yang sedang digendong Ibu. Tangannya kembali lincah ingin meraihku pasti minta digendong. Benar saja, rambut kelimisku sudah tidak karuan lagi saat kucium pipi gembilnya yang harum kemerahan.

"MasyaAllah, pagi ini anak ibu ganteng sekali," komentar Ibu menatapku lekat.

"Oh, jadi selama ini aku nggak ganteng," ucapku sebal mendengar komentar ibu barusan.

Ibu tersenyum manis, menatapku dengan iris mata yang mulai berkaca-kaca. Kalau sudah begini aku enggan melihat wanita kesayanganku ini menangis.

Aku memeluk Ibu dengan rasa haru dan benar saja ibu mulai menangis terdengar isikannya yang tertahan lirih.

Ibu pasti sedang mengingat almarhum Ayah dan Bang Dito. Sejak kepergian mereka Ibu memang sering banyak diam. Jarang berinteraksi dengan tetangga. Awalnya aku sempat khawatir dengan kondisi Ibu yang pasti sangat terguncang jiwanya ditinggal orang-orang yang ia sayang.

Beruntung Almira hadir, mengalihkan hari-hari ibu yang sepi. Namun, jika Ibu tahu kalau Almira nanti akan pergi. Aku harus apa?

"Bu, aku sayang Ibu." Ibu semakin serat memelukku dengan isakan yang mulai terdengar jelas.

Almira mulai berontak dalam gendongan Ibu, mengurai pelukan sayang kami. Ibu kemudian terkekeh melihat tingkah Almira begitu pun aku yang terlupa ada anak yang menggemaskan ini.

Ibu mengusap matanya yang sembab. Aku langsung mendaratkan ciuman sayang di kening wanita yang kasihnya sepanjang masa ini. Menguatkan kalau aku ada yang selalu ingin membahagiakannya.

"Kamu sarapan ya, ada Mbakmu juga lagi sarapan sendirian. Buruan temani ya," titah Ibu yang kujawab dengan anggukan.

Di ruang makan aku melihat sosok Mbak Vira yang sedang menyesap teh hangat kesukaannya. Mata bulatnya kini terpaku menatapku lekat. Aku mulai gelisah ditatapnya seperti itu. Ada yang salah dengan penampilanku?

MENIKAHI KAKAK IPAR Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt