29

20.7K 2.8K 323
                                    

"Mau kemana?" tanya Wonwoo melihat Mingyu sudah rapi pagi-pagi.

"Ada acara dengan teman-teman." jawab Mingyu singkat sembari memasang jam tangan dipergelangan tangannya.

"Teman kuliah?"

"Iya."

"Aku mau ikut!"

"Aku sudah hampir terlambat." balas Mingyu.

"Aku tidak perlu ganti pakaian lagi. Pakai ini saja, kita bisa langsung berangkat."

Mingyu terdiam beberapa saat, seolah memikirkan sesuatu.

"Kenapa? Aku tidak boleh ikut ya?" tanya Wonwoo.

"Bukannya tidak bolah, tapi..." Mingyu dengan segera kehilangan kata-katanya.

"Ini acara resmi?"

"Tidak juga."

"Berarti aku bisa ikut 'kan?"

"...."

"Tidak bisa ya?" Wonwoo menunduk kecewa. "Ya sudah, kau berangkatlah, hati-hati dijalan."

"...padahal tadi aku ingin mengajakmu jalan-jalan ditaman sembari menikmati udara segar bersama dengan Youra, mumpung ini hari libur. Biasanya kau tidak pernah ada waktu untuk sekedar memperhatikan calon anakmu, menyapa dia saja jadi jarang sekali kau lakukan sekarang."

"Kau jadi merasa tidak dipedulikan ya? Maafkan aku, aku 'kan sibuk sekali akhir-akhir ini, Wonwoo-ya.."

Mingyu berbicara dengan lembut sembari berjongkok dihadapan Wonwoo yang duduk ditepi ranjang.

Mau tak mau, Wonwoo akhirnya luluh juga, apalagi saat Mingyu mulai menyapa calon bayinya dengan manis.

"Ayo!" Mingyu sudah berdiri, memberikan tangannya untuk Wonwoo raih.

"Apa?"

"Katanya mau ikut."

Senyum Wonwoo mengembang, meraih tangan sang suami dan mengikuti langkahnya keluar dari kamar.

======

Menjalani kehidupan rumah tangga di usia yang tergolong masih muda memang bukan hal mudah.

Disaat teman-teman sebayanya sibuk belajar dengan giat, meniti karir demi kesuksesan di masa depan, masih senang bermain dan nongkrong bersama, Mingyu justru dihadapkan dengan pusingnya persoalan rumah tangga.

Menghadapi mood swing Wonwoo, permintaan ngidam yang kadang tidak masuk akal dan menyusahkan, juga persiapan mental untuk segera menjadi seorang ayah.

Segala perubahan yang tidak disangka-sangka itu membuat Mingyu kulahan.

Mingyu telah memiliki impian juga rencana sendiri setelah lulus dari SMA, namun semuanya kacau dalam sekejap mata.

Intinya, bukan hanya Wonwoo yang mengalami kesulitan disini, melainkan Mingyu juga.

Menginjak usia kehamilan empat bulan, Wonwoo memiliki ukuran perut yang tidak terlalu besar, jadi teman-teman perkumpulan Mingyu tidak ada yang menyadari keadaannya ini.

"Kau mengajak sepupumu?" sambut Tzuyu ketika Mingyu dan Wonwoo baru saja tiba.

Sepupu ya? Jadi selama ini dihadapan teman-temannya Mingyu mengakui Wonwoo sebagai sepupunya.

Ditempat perkumpulan mereka yang ternyata sebuah cafe, ada dua orang pemuda lainnya sementara Tzuyu jadi satu-satunya gadis yang ada disana.

"Wonwoo, bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu lagi ya." sapa Tzuyu, meminta Wonwoo duduk disebelahnya.

Sungguh gadis manis yang sangat polos..

"Dia Seungcheol dan ini Jeonghan." Mingyu mengenalkan mereka pada Wonwoo.

Mereka saling berjabat tangan setelahnya.

"Gyu, besok setelah kelas usai bagaimana kalau kita nonton?" tawar Tzuyu. "...sampai larut malam juga tidak apa-apa, kebetulan ayah dan ibuku sedang tidak ada dirumah."

"Hanya kalian berdua?" tanya Seungcheol.

"Kami tidak di ajak juga?" sambung Jeonghan.

"Kita bisa double date!" seru Seungcheol bersemangat.

"Sepertinya akan seru sekali." tanggap Jeonghan.

"Double date apa?ㅡaku dan Tzuyu hanya sahabatan." balas Mingyu datar, di bawah meja dia terus saja mengenggam tangan Wonwoo yang sedari tadi hanya diam.

Wonwoo bisa melihat raut Tzuyu seketika berubah kecewa.

"Sepupumu jual mahal sekali, Wonwoo-ssi." goda Seungcheol.

"Yang sempurna seperti Tzuyu malah ditolak mentah-mentah." Jeonghan sudah jelas menjadi pihak yang menjodohkan Mingyu dan Tzuyu disini.

"Wonwoo-ssi, kau bisa bantuㅡ"

"Maaf.." Wonwoo berdiri dari tempatnya duduk. "ㅡaku mau ke toilet." sambung Wonwoo segara pergi tanpa menunggu jawaban dari yang lain.

"Sepupumu membosankan, Mingyu-ya." keluh Jeonghan. "...dari tadi cuma diam saja!"

"Kau mau kemana?" tanya Tzuyu melihat Mingyu yang sudah berdiri.

"Toilet." balas Mingyu singkat.

=======

"Aku tau kau punya alasan sendiri untuk tidak mengakuiku dan Youra dihadapan teman-temanmu. Tapi Mingyu, jika itu hanya aku, aku masih bisa mengerti, tapi mengapa rasanya sakit sekali ketika kau melakukannya pada Youra? Bagaimanapun juga dia adalah darah dagingmu!"

Wonwoo segera mencurahkan segala isi hatinya begitu melihat Mingyu datang menyusul.

"Sikap tidak jujurmu ini hanya akan menimbulkan kesalahpahaman. Aku selama ini diam karena Tzuyu tidak tau apa-apa, kau tidak pernah berniat bercerita padanya! Nanti, saat Tzuyu sudah mengetahui hubungan kita dan dia tetap saja nekat mendekatimu, aku tidak akan tinggal diam lagi."

"Lalu kenapa kau tidak mengakuinya dihadapan Tzuyu sejak awal?" tanya Mingyu penasaran.

"Masih bertanya?ㅡtentu saja karena aku menghargai posisimu sebagai suamiku! Dia sahabatmu, kau yang berhak memberitahunya."

"Jika kau benar-benar menganggap Tzuyu seorang sahabat, seharusnya kau tidak memberikan harapan palsu padanya. Kecuali jika kau menginginkan hal lebih.." sambung Wonwoo.

"...apa terlalu sulit untuk mengakui istri dan calon anakmu? Jika iya, aku akan membantumu untuk mempermudahnya."

Wonwoo memberi jeda.

"Aku atau Tzuyu?"

=======

Harta, Tahta, Wonwoo-ya.. | MEANIE (Completed)✓Where stories live. Discover now