CHAPTER 13

52 5 0
                                    


SUASANA malam itu sibuk seperti kebiasaan. Dengan orang ramai berkeliaran segenap tempat. Dengan kakitangan sibuk lakukan tugas. Itu belum lagi bunyi pengumuman yang tak henti-henti dibuat. Ibaratnya, KLIA ini tak pernah tidur walau sesaat. Walhal, di lapangan terbang manapun.

"Gimana, Ryan?" soal Ibu Dian sebaik Aryan selesai urusan di kaunter pertanyaan.

"Petugas itu bilang penerbangan ke Jakarta lagi ditunda ke jam 11.00 malam."

"Asik! Lagi satu jam kita harus nungguin, mas."

"Namanya juga naik pesawat, dong. Tunda penerbangan itu udah satu kebiasaan," bicara Pak Aryawan.

"Ya nggak apa-apa, kok. Kalau harus nungguin, ya dinungguin aja. Usah ditunda sampei ke subuh esok, ya udah!" seloroh Ibu Dian. Buat tawa suami dan anaknya berderai.

Ikut jadual, patut dia dan Pak Aryawan dah selamat berangkat ke Jakarta siang tadi. Tapi kerana suaminya terpaksa hadir satu mesyuarat penting, penerbangan mereka ditukar ke sebelah malam.

Nasib baik ada tiket. Tapi ini pun ditunda lagi. Elok-elok pukul 10.00 malam. Sekarang dah anjak ke jam 11.00.

"Nggak apalah, ma. Pokoknya mama sama baba selamat sampeinya. Kalian mau makan? Atau minum? Aryan beliin."

"Nggak mau. Masih kenyang. Mas mau apa-apa?"

Pak Aryawan geleng kepala. Sambil leka tatap buku di tangan. Satu tabiat yang dah sebati dengan jiwa. Pantang ada masa terluang, buku pasti setia meneman. Tak kira di mana-mana. Apapun keadaannya.

Aryan ambil tempat di sisi Ibu Dian. Telefon dalam saku jaket turut dikeluarkan. Dibelek sebentar untuk mengisi waktu yang ada.

"Aryan."

"Hmm?"

"Kamu baik-baik aja, kan?"

"Mama kok nanya begitu, sih?"

"Dari tadi mama lihat kamu lagi diam. Kamu sedih?"

"Sedih ngapain?"

"Nggak bisa ikutin pulang. Siapa tahu."

Hujung bibir Aryan tersungging.

"Sesedih apapun Aryan rasakan... tetap nggak bisa ikutin mama sama baba, kan?"

"Bagus kalau kamu tau itu."

Kali ini Aryan tergelak. "Usah khawatirlah, ma. Aryan baik-abaik aja. Cuman lagi capek," ujarnya.

"Nah... tadi kan kami udah mau dihantarin sama Pak Majidnya. Tapi kamu yang degil mau hantarin juga. Sekarang udah reportin kamu, kan!"

"Mama ngapain ngomongnya begitu, sih. Kalian nggak pernah repotin sama sekali, ah. Inikan udah menjadi tanggujawabku sebagai anak. Lagi pula, Pak Majid udah kecapekan deh seharian urusin baba. Biarin dia istirahat."

"Ya sama seperti kamu juga, kan? Seharian terus di kantor lakuin kerjaan."

Aryan terdiam.

Memang dia agak penat. Sehari suntuk siapkan tugas pejabat. Walaupun hari ini hari Sabtu. Kalau dibawa ke minggu depan alamat makin banyak nanti kerja yang tertangguh.

"Ya, udah. Kamu pulang dulu aja sana. Istirahat. Biar mama sama baba aja nungguin di sini."

"Nggak. Aryan nggak akan pulang. Selagi pesawat kalian belum terbang. Biarinlah sampei ke subuh harus nungguin. Aryan akan tetap di sini. Kalau harus ketiduran di sini juga ya nggak kenapa-napa, sih."

🍂 ReLaKu PuJuK  (Published) 🍂حيث تعيش القصص. اكتشف الآن