MTB||24. KE RUMAH SAKIT ||

3.8K 231 17
                                    

Gue buka mata gue kaget. Soalnya gue bukan ada di luar rumah lagi. Tapi, gue ada di kamar gue. WAIT, APA?! DI KAMAR?! SIAPA YANG GOTONG GUE KESINI?! JUNA?!

Gue langsung bangun duduk dan ngeliat ke cermin. Takutnya pas gue pingsan gue ngiler dan si Juna yang ngeliat, bisa ilfeel. Kan gak lucu jadinya.

"Udah bangun?" tanya bang Deon yang tiba - tiba aja ada di pintu sambil bawa - bawa baskom.

Gue memutar bola mata dan berdecak sebal saat bang Deon ngambil kursi belajar gue dan duduk di samping kasur gue.

"Abang yang pindahin kamu ke sini. Jadi gak usah takut." ucap Deon seolah mengerti apa yang Denzy pikirkan.

Yah, padahal gue pengen nya si Juna yang gendong gue kesini. ASTAGA GUE MIKIR APAAN!

"Oh" jawab gue terus gue tiduran lagi sambil nutupin seluruh badan gue pakai selimut. Males ngeliat bang Deon yang mukanya ganteng gitu. Pake kemeja item, lagi. Sayangnya gampang ke caplok bunglon.

"Jangan di tutupin gitu, gimana mau ngompres nya?" ujar Deon. Gue buka selimut​, dan langsung ngambil kompresan yang bang Deon buat dan nempelin sendiri ke jidat gue.

"Zi, masih marah sama abang?"

Gue gak jawab.

"Yaudah bang Deon minta maaf,"

Masih gak gue jawab. Enak aja dia dengan gampangnya minta maaf. Pipi gue juga masih nyut-nyutan​ woy!

"Soal Wendy ..."

"Ah udah bang mending abang keluar deh. Tinggalin gue sendiri, gue capek mau istirahat." Ucap Denzy cepat sebelum Deon melanjutkan ucapannya.

"Iya, dengerin dulu ...."

"Gak mau! Abang tuh emang jahat!"

"Dengerin dulu sebentar!"

"GAK MAU!"

"Denzy! Kok malah gitu, sih?!" Kesal Deon pada akhirnya.

"Emangnya abang doang yang bisa ngegas? GUE JUGA BISA!"

Deon terdiam menarik nafas panjang.

"Gue tau gue cuma nyusahin abang doang, bertingkah semena - mena! Malu - maluin! Bego! Gak tau diri!"

Deon mendesah pelan. "Nggak gitu, Zi. Kamu gak gitu, kok."

"PERGI SANA! URUSIN NOH MBAK BUNGLON PELIHARAAN ABANG!"

"Eh, ada apa sih ribut - ribut gini?" Desi muncul di balik pintu karena mendengar suara ribut.

"Bang Deon pergi!!" usir Denzy tanpa mau menatap muka Deon. Di balik selimutnya Denzy menahan tangisnya.

"Ya udah Deon, nanti aja. Biarin Denzy tenang dulu."

Deon mengangguk dan mulai beranjak dari duduknya. Ia merasa bersalah sekali dengan Denzy. Deon sudah tau tentang video dan foto - foto yang Denzy ambil tentang Wendy. Ia tahu hal itu dari mamih Desi.

Dan sekarang Denzy sakit, karena nya. Ia merasa benar - benar gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk adik nya.

Lelaki itu lalu melangkah pergi dengan badan yang sedikit membungkuk. Masih memikirkan bagaimana Denzy akan memaafkan nya.

"Gimana keadaan Denzy?" tanya Dadang yang hendak masuk ke kamar Denzy.

"Udah baikan" jawab Deon singkat.

****

David menunggu di depan kelas XI IPA 2 kelas itu masih saja belum bubar. Jadi David harus menunggu adiknya itu di depan kelasnya sambil memainkan game di ponselnya.

"Kak David, ngapain?" tanya Syeila saat kelasnya sudah bubar. Murid - murid disana banyak yang memperhatikan David mereka memuji ketampanannya, seperti biasa.

"Jemput Denzy"

"Loh, Denzy udah pulang duluan kak"

"Hah?" David mengecek kelas tersebut dan benar saja tidak ada Denzy disana. "Sama siapa di bawa pulang?"

"Sama gue," jawab Juna di belakang Syeila.

David menonjok pelan perut Juna menatap sebal ke arahnya. "Gak ada bilang lu sama gua! Izin dulu, dong!" ujar David yang mengeluarkan sifat possesiv nya.

"Pulang nya pas jam pelajaran."

"Ya tapi seenggaknya lo ngabarin gue, kek. Ke kelas gue gitu, telpon gue, sms gue, chat gue, follow gue, subscribe gue, like, comment, and share, apa kek!" cerocos David tanpa sedikit jeda.

Juna mendelik malas. "Ribet banget dah kayak cewek."

Syeila menggaruk tengkuknya menatap ke arah David. "Sorry kak, tadi gue gak sempet. Soalnya kan lagi ulangan, hehe."

David menghela nafas pelan lalu berbalik untuk segera pulang.

"Si David cerewet banget dah!" celetuk Juna membicarakan David tanpa embel-embel 'kak'.

"Hush! Nanti dia denger!"

"Menurut gue nih, abang - abangnya Denzy tuh aneh. Pantesan aja si Denzy juga gitu,"

"Yeee gitu - gitu juga dia temen lo kali. Denzy tuh punya ciri khas nya, tanpa dia hidup gue tuh gak rame! Gue sebagai best friend nya gak suka ya lo ngomong gitu!" Syeila menyikut perut Juna. "Tapi, gue sedikit setuju."

"Yeuuu ... Dasar lu istri plankton!" Juna menoyor Syeila pelan. Sedangkan gadis itu hanya menyengir kuda.

•••

Dadang masuk ke dalam kamar Denzy ia dan Desi sedikit terkejut ketika menemukan Denzy pingsan di depan rumahnya tadi. Dan kini rasa khawatir nya sudah berada di puncak.

"Dek, ayok kerumah sakit."

"Hah? Kok tiba-tiba sih, pih?" bingung Denzy yang sedang mengobrol dengan mamihnya harus terhenti ketika mendengar kata 'Rumah Sakit'.

"Kamu aja pingsan tiba - tiba. Masa papih bilang ayo kerumah sakit tiba - tiba gak boleh?"

"Ih apa sih, papih. Aku gak mau ke rumah sakit, papih kan tau aku gak suka sama yang namanya rumah sakit." cibir Denzy

"Sebentar aja, di periksa doang. Gak di suntik." Rayu Dadang lagi, posesif nya kini keluar.

Denzy berdecak merengek kepada Desi. "Mamihh gak mauuu .... "

"Sebentar aja sayang, tuh badan kamu panas banget."

"Denzyyy!!!!" pekik seseorang di depan pintu.

"AYO KERUMAH SAKIT!" ujar David dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya. Cowok itu baru saja pulang.

"Heh, salam dulu!" tegur Dadang

David pun menyengir lebar dan langsung menyalami kedua orang tuanya.

"Ya udah pih mending cepetan siapin mobil. Kita bawa si Ezi ke rumah sakit. Dia pingsan juga di sekolah."

Dadang yang mendengar Denzy pingsan di sekolah pun langsung menatap tajam Denzy dengan tegas. "Ya sudah, siap - siap. Adek, papih gak terima penolakan!"

"Bang Davidddd...!!!" Rengek Denzy

•••••


HeyHo!!
        Siapa yang nunggu cerita ini? Adakah? //Krikkrikrkiik// 😅

Makasih yang udah baca, vote dan komen nya 😊

Sekarang ayo di vote lagi dan komen gimana sama part ini😅

Minta pendapat dong, suka yang satu part nya panjang atau pendek?

My Three Brothers [Terbit]Where stories live. Discover now