11.Tifa Vs Abel

133 12 3
                                    

Sinar matahari tampak masuk lewat ventilasi kecil di sebuah ruangan yang cukup gelap.

Rafi mengerjapkan matanya saat menyadari dirinya masih di gudang sekolah.Ia menoleh ke samping, dan terpaku saat wajah Tifa lah yang pertama ia lihat saat bangun tidur.

Seketika memorinya berputar pada kejadian kemarin malam.

Flashback on

"Sampe kapan coba kita di sini." Kesal Tifa sambil duduk lemas di lantai.

Rafi berjalan menghampiri Tifa dan duduk di sebelahnya.
Ia juga bingung harus berbuat apa.

"Hp lo mana? Minta tolong siapa gitu." Saran Rafi

"Ck kalo hp gue ada, udah dari tadi gue telfon Zahra." Sinis Tifa

"Eh lo kan bawa hp tadi, cepetan deh telfon siapa kek buat bukain pintu." Sambung Tifa

"Kalo hp gue gak lowbet udah dari tadi gue telfon Refan." Sinis Rafi mengikuti gaya bicara Tifa.

Tifa menghela nafas nya pasrah.
Apalagi di luar sudah mulai gelap pasti semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing.

Tifa melirik sekilas ke arah Rafi yang sedang memejamkan matanya.Ia sendiri juga mengantuk, tapi mana mungkin ia bisa tidur di tempat seperti ini.

"Pakai aja bahu gue kalo gak bisa tidur." Ucap Rafi dengan mata yang masih terpejam seakan tau isi otak Tifa.

"Hah? Gu..gue bisa kok nyender ke kursi." Ucap Tifa sambil menyenderkan kepalanya ke kursi yang ada di sebelah nya, namun tak berseling lama ia meringis saat merasa kepalanya terasa pegal.

"Ck gak usah keras kepala bisa?" Ucap Rafi pelan lalu menarik kepala Tifa agar bersender di bahunya namun segera di tepis oleh sang empu.

Untuk beberapa detik mereka terdiam karena kontak mata mereka bertemu.
Mata elang Rafi seketika berubah menjadi teduh, sedangkan mata tajam milik Tifa berubah menjadi sendu.

Rafi segera tersadar dan berdehem pelan untuk mengurangi rasa canggung.Tifa sendiri sudah memalingkan wajahnya yang mungkin berubah menjadi kepiting rebus.

Baik Rafi maupun Tifa, jantung nya berdetak tak karuan seperti lari maraton.

Tifa memegangi dada nya heran.
"Ini jantung gue kenapa sih!? Jangan-jangan gue punya riwayat penyakit jantung!" Batin Tifa

"Kok gue deg-degan ya? Jangan-jangan...Enggak-enggak, ngaco gue!" Batin Rafi

Rafi melirik sekilas ke arah Tifa yang masih diam di tempatnya.

"Ehm gengsi nya kurangin dikit, kasian tuh kepala kalo kebentur kursi." Ucap Rafi membuat Tifa menoleh.

"Tapi... gak papa gue tidur di pundak lo?" Tanya Tifa sambil menggigit bibir bawah nya.

Lagi-lagi Rafi menarik paksa kepala Tifa, tapi tenang saja tidak terjadi adegan tatap-tatapan lagi karena Rafi sudah memalingkan wajahnya lebih dulu.

Tifa pun pasrah saja kepalanya di tarik Rafi.Ia juga merasa nyaman tidur di bahu nya.
Perlahan kantuk mulai menguasai diri nya membuat nya secara tak sadar memejamkan mata.

Rafi yang sedari tadi pura-pura tidur pun menoleh ke samping nya.Rambut panjang yang di gerai Tifa menutupi sebagian wajahnya membuat Rafi menyingkirkan rambutnya ke belakang telinga.

Rafi terdiam sesaat memandang wajah polos Tifa saat tertidur.
Hidung mancung, pipi yang sedikit tirus, alis tipis namun terkesan indah.Dan yang paling menarik perhatian Rafi adalah bulu mata Tifa yang lentik.

Sweet Couple [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang