5. Incaran

243 6 0
                                    

Hai, apa kabar kalian semua?

Kali ini double update. Baru ada kouta soalnya 😅

Jangan lupa vote dan komen yaaaa.

Selamat membaca!

***

Setelah pelajaran bahasa Latin itu usai, jam istirahat pun telah tiba. Sebagian pada pergi ke cafetaria, sebagian ada juga yang mau mampir ke perpustakaan. Lalu ada juga yang hanya stay di kelas saja karena bawa bekal dari rumah atau juga alasan lainnya karena mager keluar kelas.

Satu per satu, murid yang ada di kelas semakin berkurang. Sepi. Sehingga hanya Alex, Ellard, dan Marie saja yang tersisa di kelas.

Sedangkan si Robert dan Fred? Oh, jelas mereka mau makan di cafetaria.

Kalau Alex dan Ellard memang sudah bawa bekal makanan sendiri, makanya mereka tak pergi bareng ke cafetaria.

"Saya ke toilet sebentar," Ellard beranjak dari kursi setelah selesai makan. Lalu ia pergi keluar kelas.

Alex hanya mengangguk saja dan melanjutkan makan hingga habis. Hanya tinggal potongan sosis dan sedikit nasi yang tersisa. Nasi goreng buatan Mama memang juara baginya.

Begitu sudah selesai makan, Alex membalik badan untuk mengambil tisu di dalam ranselnya. Alih-alih tangan Alex menyirgap sesuatu dibalik saku celana. Ia teringat soal secarik kertas yang ditemukan di loker sebelumnya.

Alex membaca ulang dari kertas itu. Ia masih belum bisa mencerna apa isi suratnya. Namun satu hal yang pasti, bahwa dirinya telah diincar oleh seseorang.

Sedangkan Marie sedang asyik mendengarkan musik lewat headset sambil menyantap roti croissant yang dibawanya dari rumah. Menurutnya, mendengarkan musik itu seperti meditasi buat dirinya sendiri. Atau bisa saja mengembalikan mood-nya yang awalnya hilang begitu saja.

"Marie."

Mata birunya kini beralih pada cowok itu dihadapannya, sehingga akhirnya ia berhenti mengunyah rotinya.

"Ja."

"Posisi lokermu ada di nomor berapa?"

Marie menatap Alex dengan heran. "Mengapa kamu bertanya soal lokerku?"

"Apa kamu udah pernah menyimpan di lokermu sebelumnya?" bukannya menjawab, justru Alex malah melemparkan pertanyaan lagi padanya.

Marie mengernyit dahi. "Lex, please deh! Saya kan baru kemarin pindah sekolah. Bahkan, belum sempat nyari lokerku sendiri karena keburu habis jam istirahat."

Tanpa ba-bi-bu lagi, Alex langsung menunjukkan kertas yang ia pegang itu kepada Marie.

"Nih."

"Apa ini?"

"Iqra!"

"Hah?"

"Eh, maksudku... bacalah!"

Marie mencoba untuk membacanya. Satu detik, dua detik, keningnya mulai tampak mengkerut. Bingung, namun perasaan takut itu kini kembali menyeruak.

"Ich verstehe das nicht." (Aku tidak mengerti)

"Ich auch." (Aku juga)

"Jadi maksudmu, kamu menemukan surat itu tapi kamu sendiri gatau siapa pengirimnya?"

Tebakanmu tepat! pikirnya Alex. Ia pun kagum karena ternyata Marie bisa sejeli itu mengamatinnya.

Marie menurunkan kertas itu. Entah kenapa ia jadi ingat soal Ellard memperingatkan sebelumnya. Tentang kasus pembunuh siswa di Aurora Gymnasium yang masih dijadikan misteri sampai sekarang. Bahkan ia juga ingat soal berita yang ia lihat di mading tadi pagi.

SECRET CODEWhere stories live. Discover now