17. Memilih Untuk Melawannya

82 3 0
                                    

Now playing: 🎶 Payback - Juicy J, Kevin Gates, Future & Sage The Gemini

Sebelumnya aku ingin kasitau bahwa aku menulis di sela aku bekerja. Yah, curi-curi nyari kesempatan yekan?

Jangan lupa kasih vote dan komentar ya!

Selamat membaca!

***

Begini nih tak enaknya kalau lagi kejepit diantara hari sekolah dengan kejadian Oktoberfest kemarin. Apalagi semua orang yang menyaksikan secara langsung pasti terguncang batinnya.

Tak terkecuali dengan Alex. Jujur saja, mendengar cerita pada masa lalunya Marie membuatnya kepikiran sesuatu. Soalnya tak jauh beda dengan masa lalunya Ellard yang dimana memiliki kisah tak enak dengan masa lalunya.

Hari itu, Alex diam-diam menunggu Marie di depan pintu gerbang sekolah. Sengaja datang awal biar sambut kedatangan gadis itu. Rencananya ia masih ingin bertanya soal perihal perusahaan yang pernah ibunya Marie kerja disana.

Namun sayangnya, sampai mau bel masukkan pun, belum muncul juga gadis itu.

Sialan. Udah bela-belain datang awal buat ngepoin soal mendiang ibunya, eh malah gak muncul orangnya!

Alex hendak mengambil ponsel dari kantong celananya, ingin memastikan saja.

"WOI, ALEX! INI UDAH MAU JAM MASUK, MALAH MASIH BERDIRI DISINI!"

Baru saja mau chat kepada Marie, tiba-tiba saja ada seseorang yang mengagetinnya.

"Caroline!" kaget Alex. Matanya mengedarkan di sekitar area parkiran. "Eh, si Marie belum masuk, loh."

"Dia sakit." jawab Caroline. "Dia mendadak demam habis Oktoberfest."

Alex pun terdiam. Mungkin Marie sengaja tak masuk sekolah dulu karena bayangannya masih menghantui dengan masa lalunya. Ia mengerti bahwa butuh banyak waktu untuk mencerna itu semua.

Lalu bagaimana kelanjutannya soal projek tulisan Marie nanti? Well, keputusan ada di tangan gadis itu, jadi Alex tak bisa memastikannya.

Dan untuk mengetahui lebih jauh lagi, mau tak mau ia harus nyari tau sendiri. Sepulang sekolah, Alex pergi menuju ke rumah sakit yang dimana Herr Kedren itu diinap. Memang cukup lama perjalanan meski dengan bus. Melangkah melewati pintu utama dan juga lorong rumah sakit telah disambut dengan aroma obat-obatan itu. Melewati beberapa dokter, perawat, maupun pasien disekitarnya.

Alex menghampiri ke depan ruang ICU, ruang pertama kalinya mengantar pria malang itu ke rumah sakit. Menurut perkataan dokter, kini kondisinya sudah stabil. Pelurunya sudah cabut dari tubuhnya. Hanya saja, pria itu masih belum siuman.

Namun baru saja nyampe di depan pintu, ia pun melihat ada seorang gadis berkerudung yang menyandarkan di dinding sebelah pintu kamarnya Herr Kedren. Saat tatapan mereka itu bertemu, barulah mereka terbelalak, seakan familiar dengan wajahnya gadis itu.

Shit! Dia lagi, dia lagi! Batinnya

"Saya tau kamu pasti ingin menjenguk pria itu." katanya. Lalu membenarkan posisi berdirinya. "Tapi sepertinya jangan masuk dulu, soalnya ada ayahku disana."

"Ayahmu?" tanya Alex dengan heran. "Memangnya dia siapanya buat ayahmu? Dan kenapa ada kamu disini."

"Well, awalnya aku dijemput sama ayahku habis pulang sekolah. Tapi entah kenapa, malah disuruh mampir dulu kesini sebentar."

SECRET CODEWhere stories live. Discover now