12. Little Happiness

3.7K 405 15
                                    

Namjoon mengecek alamat yang tertera pada secarik kertas di tangannya sekali lagi untuk memastikan bahwa ia tidak salah jalan. Ibunya mengirimkan alamat rumah yang ditinggalinya sekarang tepat sehari sebelum Namjoon berangkat ke ibukota. Dan rumah yang Namjoon temukan rupanya tak jauh beda dari apa yang ia bayangkan.

Namjoon mulai merasa gugup ketika jari telunjuknya bergerak untuk menekan bel pintu. Selama beberapa saat, tidak ada suara. Hingga akhirnya seorang pemuda membukakan pintu untuknya.

"Jadi kau yang namanya Namjoon?" Tanya pemuda itu datar.

"Iya dan kau-"

"Tunggu sebentar."

Salahkah jika Namjoon merasa kesal dengan etika orang itu? Ia bahkan tidak mempersilakan tamunya untuk masuk terlebih dahulu sebelum pergi untuk mengambil sesuatu.

"Ambil ini." Pemuda itu kini telah kembali dan mengulurkan sebuah amplop tebal. "Gunakan itu untuk keperluanmu. Dan ini." Ia sodorkan pula sebuah kerdus kecil yang tentu saja orang-orang tahu bahwa kerdus itu berisi ponsel. "Gunakan sesukamu."

"Aku tidak kemari untuk meminta uang dan barang. Aku kemari untuk bertemu Ibuku." Ujar Namjoon akhirnya.

"Ia sedang sibuk bekerja."

"Lalu, kau ini siapa?" Tanya Namjoon tanpa basa-basi.

"Aku Min Yoongi, kakak tirimu." Jawab pemuda itu setengah jengkel. "Jika kau ingin menemuinya, kau bisa meneleponnya. Nomer teleponnya sudah ada di ponsel ini. Lalu, jika Ibu mengajakmu untuk tinggal di rumah ini-"

"Kau tidak perlu khawatir soal itu. Aku bisa hidup sendiri. Aku bukan anak manja sepertimu." Sela Namjoon sebelum Yoongi sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia sudah terlanjur geram diperlakukan seolah-olah dirinya adalah pengemis.

Yoongi terlihat semakin kesal. "Sopanlah sedikit kepada yang lebih tua. Aku juga tidak sudi tinggal bersama orang yang tidak tahu diri sepertimu. Ambil ini dan pergilah. Jangan pernah menampakkan diri di sini lagi."

Namjoon mengambil amplop dan kerdus tadi secara kasar. "Kau boleh merasa menang sekarang. Tapi lihat saja, aku akan menjadi orang sukses 10 tahun yang akan datang."

Pemuda yang lebih tua tergelak. "Aku tidak akan meragukannya jika saja kau mau mengubah etikamu."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Namjoon segera melangkah pergi dari rumah itu.

.

.

.

Namjoon mulanya berniat untuk tidak pernah menginjakkan kakinya di rumah itu lagi. Namun, pada akhirnya ia tetap harus datang kembali malam itu juga karena ibunya mengajaknya untuk makan malam bersama. Di sinilah ia bertemu dengan ayah tirinya untuk pertama kali. Ia adalah orang yang sangat baik, berbeda sekali dengan kakak tirinya walaupun wajah mereka begitu mirip.

"Mengapa kau tidak membawa barang-barangmu juga, Namjoon? Kau kan akan tinggal di sini." Tanya ibunya.

Namjoon menggeleng. "Tidak. Uh... aku sudah menyewa sebuah apartemen kecil. Aku akan tinggal di sana."

"Tidak apa. Kau kan tetap bisa tinggal di sini."

"Tidak perlu, aku ingin tinggal sendiri saja."

Partner | NamjinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora