13. Quarantine

3.4K 388 7
                                    

Jika Seokjin boleh jujur, dirinya kini lebih merasa seperti sedang liburan daripada bersembunyi. Pasalnya rumah dua lantai yang dikelilingi halaman hijau nan luas itu memang memiliki banyak fasilitas. Mulai dari televisi, video game, kolam renang, perpustakaan mini, hingga ATV pun tersedia untuk Seokjin gunakan jika ia sedang jenuh. Bahkan Namjoon sengaja meninggalkan kucingnya di rumah itu untuk menemaninya. Namun entah mengapa, semua itu tidak terasa cukup.

Awalnya Seokjin memang menikmati hari-harinya di sana. Akan tetapi, ketika memasuki hari ke-3, ia mulai merasa bosan. Rumah besar itu terasa begitu sepi untuknya sendirian. Pada akhirnya, ia hanya membaringkan diri di kasur bersama kucing abu-abu yang memiliki nama identik dengannya itu sepanjang hari.

"Sepertinya enak sekali ya menjadi kucing sepertimu?" Tanyanya pada si kucing. Tentu saja ia tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. "Hanya makan-tidur-makan-tidur saja. Tidak perlu memikirkan apapun. Ck, aku iri padamu!"

Suara dering ponsel membuatnya terkesiap.

Namjoon~♡

Ya, memang hanya nomer itu sajalah yang ada di ponsel barunya. Nomer itu juga yang rajin menghubunginya selama 3 hari ini. Rupanya terdapat sebuah panggilan video dari nomer tersebut.

"Halo, bagaimana kabarmu hari ini?" Suara serak Namjoon segera menyambut pendengarannya. Pria itu terlihat menggunakan kaos putih polos dengan rambut yang sedikit kelimis. Seokjin tebak, Namjoon kini sedang berada di kamar tidurnya dengan lampu yang masih dinyalakan.

"Aku baik-baik saja hari ini. Tapi, jika aku berada di tempat ini satu hari lagi saja mungkin aku akan jadi gila karena kesepian."

Namjoon terkekeh. "Aku akan datang ke sana besok pagi. Adik kembarmu ingin datang untuk menemuimu juga besok. Bagaimana menurutmu?"

"Itu bagus! Aku ingin bertemu dengannya juga!"

"Um... kau tidak keberatan jika kami berangkat bersama?"

Seokjin mengernyit heran. "Memangnya mengapa? Lagipula, kau tidak perlu ijin padaku seperti ini."

"Aku hanya ingin memastikan saja. Takutnya kau akan..." Namjoon berdeham. "...cemburu."

"Asalkan kau tidak menggodanya di belakangku, aku tidak masalah."

"Lalu, bagaimana jika sebaliknya?"

"Jangan berani-beraninya kau melakukan itu." Seokjin berhenti sejenak. "Ia terlalu baik untukmu."

Namjoon menaikkan sebelah alisnya. "Benarkah? Aku jadi penasaran."

"Namjoon...!" Seokjin mengerucutkan bibirnya.

Namjoon tersenyum gemas. "Iya, kau tidak perlu khawatir. Kau sudah makan malam? Ingin kubawakan apa besok pagi?"

"Sudah. Hm... aku akan menghargai apapun yang kau bawakan."

"Kau yakin?"

"Ya, asalkan bukan sesuatu yang terlalu pedas atau masam."

"Noted. Oh iya, ponselmu sudah selesai diperbaiki. Aku akan membawakannya besok."

"Benarkah? Untung saja bisa diperbaiki! Kau belum tahu seberapa pentingnya nomer-nomer telepon dan juga data-data yang ada di sana! Bagaimana jika tidak bisa diperbaiki?"

Partner | NamjinWhere stories live. Discover now