14. Boyfriends

3.7K 399 17
                                    

"Alex Turner - Stuck on a Puzzle."

"Huh?"

"Judul lagunya." Namjoon bangkit berdiri ketika bagian intro lagu mulai terdengar. Ia mengulurkan tangannya kepada Seokjin dan segera diterima oleh yang bersangkutan.

Namjoon melingkarkan lengannya pada pinggang pria itu. Ia meraih pergelangan tangan Seokjin dan meletakkannya di atas bahunya sendiri. Barulah pria itu menyadari bahwa Namjoon berniat untuk mengajaknya berdansa.

"Pfft..."

"Apanya yang lucu?"

"Entahlah... Ini benar-benar awkward."

Namjoon mau tak mau mengangguk setuju. "Maaf, tidak mudah untuk bersikap romantis."

"Uh~ Namjyuni ingin menjadi pria yang romantis rupanya~!" Seokjin mencubit kedua pipinya gemas. "Baiklah. Mari kita berantas rasa canggung ini."

Namjoon terkekeh kecil. "Mohon kerjasamanya."

Perlahan, keduanya mulai hanyut ke dalam suasana. Lantunan lagu terdengar di seluruh penjuru ruang tamu yang cukup luas itu, mengiringi dua pasang kaki yang bergerak secara harmonis.

"Apa aku terlihat seperti supir bagimu?"

Seokjin kembali tergelak. "Hey! Kau merusak suasananya!"

"Aku hanya sedikit penasaran."

"Itu... agak konyol. Kau tidak perlu memikirkan setiap perkataan Ibuku. Kau tahu sendiri kondisinya tidak sedang baik-baik saja tadi."

"Aku tahu. Kurasa, apa yang dialami Ibumu itu mirip seperti gejala hoarding disorder."

"Apa itu?" Tanya Seokjin penasaran.

"Sebuah perilaku suka menimbun barang. Biasanya dialami oleh seseorang yang tinggal sendirian. Mungkin saja Ibumu kesepian dan entah bagaimana caranya, barang-barang itu membuatnya merasa sedikit lebih baik."

"Jadi, Ibuku memang mengidap gangguan jiwa?"

"Gangguan jiwa itu bermacam-macam. Ia tentu saja tidak gila seperti yang dikatakan ajumma tadi. Tapi, jika terus dibiarkan, tentu saja dapat mengganggu kehidupan sehari-hari." Tutur Namjoon penuh hati-hati.

"Jika sesuatu yang buruk benar-benar terjadi padanya, itu semua adalah salahku."

"Bukan. Apa yang memang harus terjadi pasti akan terjadi. Kurasa itu bukanlah sesuatu yang dapat kita kendalikan. Setidaknya, kita datang sebelum terlambat. Aku yakin ia akan segera membaik."

Seokjin tersenyum lemah. "Kuharap juga begitu."

Namjoon berdeham. "Omong-omong, aku masih tidak percaya bahwa kau bisa merusak hendel pintu hanya dengan menggunakan sebatang besi." Ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Memangnya mengapa? Kau meragukan kekuatan fisikku?" Tanya Seokjin seraya mengacungkan tinju yang justru membuatnya terlihat imut.

Namjoon tersenyum gemas. Ia mengecup punggung tangan Seokjin. "Aku tidak meragukanmu, sayang."

"E-eh?" Tentu saja, sekuat apapun Seokjin, ia masih lemah terhadap perlakukan manis seperti ini. Ia yakin telinganya sudah semerah tomat sekarang.

Partner | NamjinWhere stories live. Discover now