19. One More Chance

3K 387 90
                                    

'Hyung, apa kau bisa menemuiku jam 10 pagi nanti? Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu.'

Seokjin menatap heran pada layar ponselnya. Tidak biasanya Taehyung meminta untuk bertemu secara mendadak.

'Kebetulan aku sedang ambil libur. Di mana kita akan bertemu?'

Taehyung pun mengirimkan sebuah alamat padanya.

"Seokjin, bisa bantu Eomma siapkan sarapan?" Tanya sang Ibu yang baru saja datang ke kamarnya.

Seokjin mengangguk. "Tentu." Ia pun meletakkan ponselnya di atas nakas dan pergi menuju dapur bersama sang Ibu.

.

.

.

Aroma sedap yang berasal dari dapur membangunkan Jisoo. Gadis berusia dua puluh tujuh tahun tersebut segera berjalan menuju ke sumber di mana aroma itu berasal. Sampai di sana, ia menemukan ibu dan saudara kembarnya yang sedang memasak sambil sesekali mengobrol.

Ia tersenyum kecil. Suasana rumah ini terasa seperti mimpi baginya. Melihat orang-orang yang disayanginya kini berkumpul bersama dan hidup dengan damai.

Ia masih ingat dua minggu yang lalu, saudaranya itu tiba-tiba saja menolak untuk menemuinya. Pria itu bahkan tak segan untuk mengusirnya pergi. Dan entah apa yang membuat Seokjin tiba-tiba pulang ke rumah dan kembali bersikap seperti semula seolah tidak terjadi apa-apa.

Semuanya terasa begitu aneh dan janggal. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Seokjin dan Ibu mereka. Tapi, Jisoo mencoba untuk mengabaikannya. Ia tidak mau tahu. Selama ia masih bisa bersama dengan mereka sekarang, tidak ada yang perlu Jisoo khawatirkan.

"Apa yang kalian masak pagi ini?" Satu pertanyaan yang dilontarkan Jisoo sukses membuat kedua insan lainnya menoleh ke arah gadis itu.

"Menu utama hari ini adalah tangsuyuk. Ini sudah hampir matang." Jawab Ibunya.

"Mengapa kalian tidak membangunkanku tadi? Aku kan ingin belajar memasak!" Ujar Jisoo merajuk.

Seokjin menaikkan sebelah alisnya. "Untuk apa belajar masak? Lebih baik cari uang yang banyak agar bisa mempekerjakan asisten."

"Aku kan juga ingin membuatkan makanan untuk anak-anakku di masa depan!"

"Jika kau melakukannya dengan cinta, mereka pasti akan menyukainya." Kata sang Ibu.

"Bohong. Kalian saja memuntahkan sup buatanku tiga hari yang lalu."

"Sudah kubilang, aku sedang tidak enak badan hari itu. Makanan apapun terasa aneh di lidahku." Dusta Seokjin.

"Huft!"

"Jam 10 nanti aku ada urusan sebentar. Kalian berdua bisa pergi ke Lotte World terlebih dahulu. Aku akan menyusul." Ujar Seokjin.

"Urusan?" Ulang Ibunya.

"Iya. Tenang saja. Aku tidak akan lama."

"Urusan apa yang mendadak sekali dan lebih penting daripada keluargamu sendiri?" Gumam Jisoo yang cukup keras untuk didengar kedua orang lainnya.

Seokjin tersenyum misterius. "Kau tidak perlu."

.

.

.

.

.

Setelah Seokjin kembali tinggal di rumahnya sendiri, Namjoon membayar dua orang bodyguard untuk menjaganya dan juga mengecek mesin mobilnya sebelum digunakan. Hal ini sempat ditolak mentah-mentah oleh Seokjin. Menurutnya, menyewa bodyguard itu hanya buang-buang uang saja. Namun, pada akhirnya Namjoonlah yang memenangkan perdebatan.

Partner | NamjinWhere stories live. Discover now