08 ; Would Be The Last

278 31 69
                                    



"Waktu itu aku pikir, udah cukup sekali ini aja. Repot banget berhubungan sama kamu."

ㅡLevian Danu Gunadharma


ㅡLevian Danu Gunadharma

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




























Pukul 04.24.

Gila! Tidak pernah ada dalam pikiran Danu kalau ia akan repot-repot datang ke bangunan bertingkat dua dengan cat warna biru langit ini di pagi-pagi buta begini.

Angkasa masih legam. Surya sungguh masih enggan turun dari kasurnya. Tapi Danu sudah memarkirkan motornya di depan pagar putih.

Danu lalu menyimpan kedua kepalan tangan pada saku jaketnya. Udara masih terlampau dingin. Ia lalu mulai turun dari motornya. Sejenak, niatnya untuk mengetuk pagar besi ini terhenti. Ia jadi tidak enak. Biar bagaimana pun, ini tempat indekos khusus putri.

Ia takut kalau-kalau ia akan menganggu. Dan lagi, ia takut kalau Kanina atau pun dirinya jadi perbincangan penghuni tempat indekos ini. Danu harus menjaga tata krama bukan?

Lalu, terlintas ide dalam kepalanya untuk menghubungi Kanina dan meminta gadis itu untuk segera keluar. Namun, sebelum ide itu benar-benar direalisasikan, Danu lagi-lagi tercenung menatap ponselnya sendiri.

Ia lupa. Ia bahkan tidak punya nomor ponsel gadis itu.

Baiklah. Kini Danu menyesal sudah mengajukan ide gila untuk menjemput gadis itu tanpa persiapan sama sekali.

Tidak apa-apa, masih ada waktu. Acara akan dimulai pukul 06.00, Danu masih punyaㅡsetidaknyaㅡ30 menit lagi untuk menunggu Kanina. Walau pun ia akan sedikit berdebat dengan panitia yang lain jika ia benar tidak bisa datang satu jam sebelum acara dimulai.

Setelahnya, detik mulai bermutasi menjadi gelisah, ia lalu naik dan bergelayut di hati Danu. Laki-laki itu sekali lagi menilik jam tangan yang melingkar di pergelangan kanannya.

Danu lantas mulai mendesis, mencebik, menghela jengah. Sepatunya mulai mengetuk-ngetuk aspal tidak sabar. Berkali-kali ia turun, duduk, turun, dan duduk lagi pada jok motornya. Ia melakukan apapun yang bisa ia lakukan sebagai ganti bosan dan khawatir. Khawatir kalau ia akan datang sangat terlambat.

"Kanina, seriously?" Danu mulai meracau usai sekali lagi menilik penunjuk waktu pada pergelangannya itu.

Pukul 05.27.

Ayolah! Mereka bahkan butuhㅡpaling cepatㅡ15 menit untuk sampai ke kampus. Itu pun jika Danu menarik gas seperti orang kesetanan. Dan masih tidak ada tanda-tanda gadis itu keluar dari ambang pintu di jam segini.

Kian dimakan gelisah, Danu berkali-kali melongok ke balik pagar, barangkali saja, ada seseorang yang bisa ia mintai tolong untuk memanggil Kanina.

"Kak Danu!!" Si laki-laki sontak mendongak ke arah lantai dua kala suara teriakan di pagi hari itu cukup mencuri atensinya, suara yang kencangnya seperti Ibu-ibu kala memanggil tukang sayur.

(in)complete [COMPLETE][✓]Where stories live. Discover now