Part. 5

1.8K 171 3
                                    

Happy Reading ....

.
.
.

Kriiing

Bel pulang sekolah seakan menjadi kekuatan untuk para murid SMA Bumi, dari yang tadi matanya merem langsung melek. Para murid berhamburan keluar dari kelas, untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Bulan pun demikian, ia dan Anita sedang menunggu jemputan masing-masing di parkiran.

"Ehh... Nit, besok jangan lupa ya, nginep di rumah gue. Kita nonton Drakor," ajak Bulan.

"Iya gue gak lupa, Drakor yang tentang pelakor itu, kan?" ujar Anita.

"Iya. Soalnya gue gak mau nonton sendiri, gak seru. Gak ada temen buat ngehujat entu Pelakor," ujar Bulan.

"Iya selow aja, nanti kita hujat bareng-bareng itu pelakor."

"Iya kita kan, PCAP." Ujar Bulan.

"Perkumpulan Cewek Anti Pelakor." Tawa Bulan dan Anita pun pecah.

Merekapun terdiam beberapa saat, hingga Bulan kembali memulai percakapan mereka. "Nit, Lo penasaran gak sih sama omongan si Rendy?"

"Omongan si Rendy yang mana?" tanya Anita.

"Itu loh, tentang sikapnya Langit."

"Penasaran gak penasaran, sih."

"Gue penasaran banget, ada apa sama kejadian dua tahun yang lalu, kejadian yang ngubah sikap ramah Langit jadi cuek kayak sekarang," ujar Bulan.

"Ah udah ah, gak usah kepo sama urusan orang," Anita mengibaskan tangannya. Bulan mengerucutkan bibirnya.

Hingga jemputan Anita datang. "Lan, gue duluan ya. Lo mau bareng gak?" tanya Anita.

"Ehh... Gak usah deh. Kayaknya bentar lagi Mang Ujang dateng," ucap Bulan.

"Yaudah deh, gue duluan ya." Anita memasuki mobil jemputannya.

"Daaaah... Lan." Anita melambaikan tangannya kepada Bulan, yang dibalas lambaian tangan juga oleh Bulan.

Setelah kepergian Anita, Bulan pun melanjutkan kegiatannya, menunggu supir.

Sudah tiga puluh menit dia menunggu, tapi sang supir belum juga datang. Ini sudah jam 15:30 Wib. Diapun memutuskan untuk menelpon sang supir.

"Halo Mang, Mamang di mana. Bulan udah nunggu lama, nih," ucap Bulan ketika telepon nya sudah tersambung dengan supirnya.

"........"

"Ihhhh... Kok Mamang gak bilang dari tadi sih." Bulan mencak-mencak.

"........"

"Yaudah, aku telpon Abang aja." Setelah mengucapkan itu Bulan pun mengakhiri telpon nya.

Bulan pun men-chat Bintang agar segera menjemput nya. Hingga balasan pesan Bintang membuat Bulan tidak bisa menahan kekesalannya lagi. Bulan menghentak-hentakan kakinya. dia kesal, Abangnya tidak bisa menjemput karena sedang ada kerja kelompok.

Bulan sangat malas kalau harus naik gojek, tapi mau gimana lagi, dia tidak bisa pulang kalau tidak menaiki kendaraan umum itu. Diapun segera membuka aplikasi ojek online, dan memesannya.

"Kesel ... kesel ... kesel ...." gerutu Bulan, ia berjalan keluar gerbang. Menunggu Abang ojeknya supaya lebih mudah.

Sudah sepuluh menit dia menunggu, tapi Abang ojeknya belum sampai juga.

"Issshhh... Ini Abang ojeknya kemana sih. lama banget, bikin nambah sebel aja," gerutu Bulan.

"Masssa gue harus jalan kaki sih, rumah gue kan jauh." Bulan tidak henti-hentinya menggerutu.

Hingga suara motor menghentikan gerutuan Bulan. Ia melihat ada motor sport merah berhenti dihadapannya. Si pemilik motor pun membuka helm full face nya.

Wajah si pemotor itu membuat Bulan kaget. Dia Langit kan? Si cowok dingin itu.

"Kenapa belum pulang," suara Berat Langit menyadarkan Bulan dari keterkejutan nya.

"Ehhhh ... Ke–napa?" Sial kenapa suaranya bisa gugup seperti ini.

Langit mendengkus mendengar jawaban gadis di depannya ini, bukannya menjawab. Malah balik bertanya. "Kenapa belum pulang? tanya Langit sekali Lagi.

"Lo, nanya gue?" tanya Bulan dengan muka polosnya.

Langit menggeram kenapa gadis di depannya ini sangat menjengkelkan. "Enggak, gue nanya sama Hantu! Ya iyalah gue nanya sama Lo."

Bulan menyengir. " Hehehe ... gue lagi nunggu tukang ojek, soalnya supir gak bisa jemput, kakak gue juga gak bisa."

Langit mengucapkan kata oh. Hingga satu ucapan Langit membuat Bulan membulatkan Matanya kaget.

"Mau bareng sama gue pulangnya?"




Tbc ....

Tentang LUKA [SELESAI]Where stories live. Discover now