Part. 26

1.2K 120 4
                                    

Happy Reading...
.
.
.
.
.

Gue hanya butuh waktu satu detik buat jatuh cinta sama dia. Tapi, gua juga hanya butuh satu detik untuk membenci dia.
~Langit Alathas

"Saat sampe rumah sakit, gue terlambat. Devan udah ninggalin gue, dia udah pergi selama-lamanya." Tangis Bulan semakin pecah, ternyata cerita itu masih terlalu menyakitkan baginya.

Langit menarik Bulan kedalam pelukannya, ia mengusap rambut Bulan penuh kelembutan. Dia mengerti perasaan Bulan saat ini.

Bulan melingkarkan tangannya ke punggung Langit,  menenggelamkan wajah penuh air matanya di lekukan leher pemuda itu.

"Gue nyesel kenapa malam itu gue gak angkat telpon dia dan gak nemenin dia operasi."

Bulan semakin mengeratkan pelukannya.. "Gue nyesel, Lang. Gue ngerasa bersalah sama dia."

Langit terus mengusap lembut rambut Bulan. "Bukan salah lo. Itu semua udah takdir," ujar Langit.

"Seminggu lebih gue ngurung diri di kamar, hanya makan kalau mami suapin, bersikap dingin dan gak tersentuh. Gue bener-bener dilingkupi rasa bersalah. Seandainya, malam itu gue angkat telpon Devan, gue pasti bisa nemenin dia operasi dan bisa ketemu dia untuk yang terakhir kalinya," ujar Bulan sambil sesenggukan.

Langit mengangguk paham, ternyata luka masa lalunya tidak sebanding dengan masa lalu Bulan yang terdengar sangat menyakitkan.

"Sampai akhirnya Mama Devan dateng ke rumah dan ngasih surat yang di tulis Devan saat malam dia akan di operasi." Bulan melepaskan pelukannya dan berjalan menuju laci tempat Langit menemukan foto itu. Dia mengambil sebuah amplop putih dan membawanya ke Langit.

Bulan menyerahkan surat itu kepada Langit, dan kembali memeluk Langit. Kali ini dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang laki-laki itu dan kembali melanjutkan tangisannya.

Langit menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, kakinya ia angkat satu ke atas tempat tidur agar Bulan lebih nyaman memeluknya. Langit membuka amplop putih yang di berikan oleh Bulan, isinya sebuah kertas yang sudah mulai menguning. "Udah tiga tahun. Dan lo masih nyimpen surat ini?"

Langit bisa merasakan anggukan di dadanya. Dia mulai membaca isi dari kertas itu.

Untuk bidadariku, Rembulan.

Hei. Aku tebak sekarang pipi kamu pasti lagi merah karena dipanggil bidadari. Hehehe;)

Aku gak tahu saat kamu baca surat ini aku masih ada atau engga di dunia. Karena aku ngerasa waktu aku udah sebentar lagi.

Aku cuma mau minta maaf sama kamu atas perlakuan buruk aku selama beberapa bulan ini. Waktu itu pikiranku sedang kalut dan maaf kamu jadi sasaran kekalutan ku.
Dokter bilang aku sakit parah, umurku udah gak lama lagi. Aku sakit kanker hati stadium akhir, Lan. Maaf baru ngasih tahu kamu sekarang. Bukannya aku gak mau ngasih tahu kamu lebih awal. Tapi aku belum sempat karena sibuk ngurus pengobatanku.

Dan hari ini pasti kamu kecewa banget sama aku karena gak dateng ke pesta ulang tahun kamu. Untuk kesekian kalinya aku ucapkan maaf. Kondisiku hari ini semakin drop dan harus di larikan ke rumah sakit.

Aku takut saat dokter bilang aku harus operasi pencangkokan hati dan aku semakin takut saat dokter mengatakan persentase berhasilnya operasi ini sangat kecil, mengingat kondisiku yang semakin parah.

Tentang LUKA [SELESAI]Where stories live. Discover now