Chapter 18

2K 100 0
                                    

Alif baru saja sampai di rumahnya. Ia baru akan merebahkan tubuhnya di atas kasur king size nya saat terdengar suara dering dari ponselnya.

"Siapa sih Maghrib gini nelfon? Gabisa nanti apa". Dumel Alif sambil mencari ponselnya yang tadi ia letakkan sembarang di kasurnya ketika baru tiba.

Seketika jantung Alif seperti berhenti sejenak saat melihat nama sang penelepon. Dia? Seseorang yang selama ini selalu memenuhi pikiran Alif. Seseorang yang berhasil membuat Alif kehilangan konsentrasi nya ketika bekerja. Seseorang yang sudah berhasil mencuri perhatian Alif. Seseorang yang selalu ia tunggu kehadiran nya barang sejenak melalui sebuah pesan singkat darinya yang tak kunjung mendapat balasan.

Mana mungkin? Apa dia salah pencet? Atau temannya iseng? Tapi, mana mungkin sejahil itu temannya. Apa salahnya juga Alif mengangkat telfon itu untuk memastikannya.

Ia menyiapkan hati dan mentalnya untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, assalamu'alaikum Queen?". Ucapnya.

Namun,tak ada balasan dari sebrang sana. Hanya keheningan yang ia dapati. Apa benar panggilan ini hanya kepencet? Alif harus membuang egonya, ia harus memastikan apa yang terjadi terhadap istrinya. Jujur ia juga khawatir,takut terjadi apa-apa kepada istrinya.

"Hallo ? Queen ? kamu gapapa kan?".
Dan lagi-lagi tanyanya hanya dijawab sebuah keheningan dari sebrang sana.

Apa yang terjadi? Lelucon apa ini? 1 detik, 2 detik, 3 detik, 4 detik, 5 detik. Alif masih sabar menunggu sang penelfon berbicara. Sampai akhirnya yang ditunggu mengangkat suaranya.

"Wa... Wa'alaikumsalam". Jawabnya.

Sepertinya istrinya masih gugup untuk berbicara dengannya, apa ini juga alasan kenapa dari tadi tidak ada jawaban ?

"Mas...". Panggilnya

Ah! Panggilan itu, panggilan yang selama beberapa hari ini hilang. Tidak, sudah seminggu tepatnya ia tak mendengar panggilan itu.

Entah kenapa sepert ada bunga-bunga bermekaran di dalam dada Alif ketika gadis itu menyebutnya dengan panggilan itu. Panggilan yang 'mungkin' sudah Alif sukai sejak pertama terucap dari mulut gadis itu.

"Iya, ada apa?". Tanya Alif dengan suaranya yang lembut dan menenangkan.

Sepertinya sang penelfon telah menghembuskan napasnya dengan kasar. Seperti orang yang merasakan kelegaan setelah bebannya terangkat.

"Aku diminta bunda buat ke rumah orang tua kamu besok". Ucap gadis itu

Ah! Iya, Alif bahkan lupa memberitahu orang tuanya bahwa istrinya sedang berada di Jakarta.

Tapi, biarlah toh mereka akan segera bertemu. Tapi? Kenapa istrinya ini menelfon dirinya ? Untuk apa ? Untuk minta izin kah? Atau ?

"Besok kapan? ". Tanya Alif.
"Sabtu mas". Jawab Ara.
"Lalu? Pergilah, pasti orangtua saya senang bisa bertemu kamu, pasti orangtua saya juga sudah menunggu kehadiran kamu". Tanya Alif lagi.

"Bukan begitu mas...". Rajuk gadis itu.

Loh? Ada yang salah kah dengan ucapan Alif sehingga Ara merajuk seperti itu? Alif terdiam menunggu Ara melanjutkan perkataannya. Karena sejujurnya Alif bingung apa tujuan istrinya menelfon ini dan apa yang salah dengan ucapannya?

"Aku... Aku takut mas". Ucapnya pada akhirnya.

Takut? Apa yang harus ditakutkan ? Memang orangtua Alif makan manusia? Kan tidak, toh Ara adalah menantunya, sudah pasti akan diterima dengan baik oleh kedua orangtuanya.

My HubbyWhere stories live. Discover now