Let's be Happy Together!

159 31 6
                                    

Es krim yang tersaji di depannya membuat mata gadis itu berbinar. Emosi yang sebelumnya telah menguasai dirinya sirna kala sendok pertama es krim tersebut masuk ke mulutnya.

Farel memperhatikan Kiara yang sedang memakan es krimnya dengan lahap.

"Udah gak marah?"

Gadis di hadapannya tersenyum lebar.

"Hehe, enggak," jawabnya sambil melanjutkan kegiatan makan es krimnya.

"Tapi kamu harus jelasin kenapa kamu menghilang seminggu tanpa kabar," tambahnya.

"Aku ada masalah keluarga."

Cengiran di wajah Kiara mendadak hilang lagi, membuat ekspresi panik tercetak di wajah Farel.

Jangan-jangan dia bakal marah lagi, meski sudah disogok es krim, batinnya.

Kiara tersenyum dan tanpa ia duga gadis itu menggenggam tangannya secara tiba-tiba.

Gadis itu menatapnya dengan senyum yang menenangkan. "Maaf. kamu pasti kesulitan sampai gak sempet kasih kabar."

Farel tidak menduga kalau reaksinya akan seperti ini. Lega rasanya Kiara mau mengerti. Namun, jauh di dalam hatinya ia merasa bersalah. Gadis itu pantas marah padanya. Bahkan ia sendiri tahu kalau gadis itu berusaha mencarinya selama seminggu belakangan dengan menghubungi sahabatnya yang tahu keadaannya. Hanya saja, ia melarang Fajar--satu satunya teman yang ia punya--untuk memberi tahu masalahnya pada Kiara.

Ia mengelus puncak kepala Kiara seraya tersenyum.

Tunggu besok, ya. aku tidak akan mengecewakanmu lagi.

***

Besoknya, Farel kembali tidak masuk sekolah. Padahal Kiara sedang berulang tahun. Ia mengerucutkan bibirnya. Lagi-lagi seperti ini. Namun, tak lama kemudian, senyum Kiara merekah sewaktu menerima pesan dari Farel. Cowok itu memberinya kabar bahwa ia tidak masuk sekolah dan memintanya untuk bertemu di depan sekolah jam lima sore nanti.

Ia menatap ponselnya tak percaya. Membaca pesan dari Farel saja sudah membuat dirinya senang tak karuan. Dalam benaknya ia bertanya-tanya mengapa Farel memintanya untuk bertemu? Apa mereka akan kencan di kedai es krim depan sekolahnya lagi? Apa ia akan diberi kejutan karena hari ini adalah hari ulang tahunnya? Hampir saja Kiara berteriak kegirangan kalau saja Pak Rendy tidak memanggilnya.

"Kamu yang duduk di pojok sana! Kerjakan soal ini!" serunya sambil menunjuk papan tulis.

Dengan panik Kiara menyikut teman sebelahnya.

"Win! Gimana caranya ngerjainnya?" tanyanya sambil melihat soal matematika yang harus dikerjakannya di depan kelas.

Winda mengendikkan bahunya. "Sori Ra. Aku juga gak tahu. Kamu sih ada-ada aja buka hp pas pelajarannya pak Rendy."

"Hei! Disuruh ngerjakan malah ngobrol! Ayo sini cepat kerjakan!"

Kiara meringis. "I-iya pak!"

***

Kiara menunggu kedatangan Farel di bangku depan sekolah. Sudah pukul lima lebih sepuluh menit, dan masih belum ada tanda-tanda cowok itu datang. Ia menghela napas dan mengecek pesan yang ia kirim pada Farel lima belas menit lalu. Ternyata belum juga dibaca. Bukan suatu keanehan sih kalau cowok itu datang terlambat. Toh memang kebiasaannya seperti itu. Ia hanya perlu sabar menunggu.

Meski ia kecewa dengan kebiasaan buruk pacarnya itu, Kiara sama sekali tidak bisa melupakan pertemuan pertama mereka yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Kala itu, ia sedang pergi rooftop sekolah karena merasa kesal dengan Kevin, ketua basket yang selama ini ditaksirnya menolak hadiah pemberiannya di depan banyak orang yang membuatnya malu dan jadi bahan pembicaraan.

GenFest 2020: Teen Fiction x HorrorWhere stories live. Discover now