45. PERANG LAGI SAMPAI MATI💫

14.1K 1.5K 103
                                    

"Kita memang tak saling menyapa di dunia nyata. Namun di hati, kita pasti saling merindukan. Karena hati, adalah tempat pengaduan terbaik. Saat logika dan perasaan saling berperang"

_BULAN FERANZA PASHA_

_BULAN FERANZA PASHA_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

45. PERANG LAGI SAMPAI MATI

Entah sudah berapa banyak airmata yang turun dari iris mata cokelat itu. Bahkan bisa di bilang tanpa adanya jeda. Dadanya berdebar hebat. Khawatir dan ketakutan bekerjasama untuk menghancurkan hatinya. Gadis dengan dress santai berwarna kuning itu berlari cepat di koridor rumah sakit. Rambut hitam bergelombangnya bergoyang ke kanan dan kiri. Sesekali anakan rambutnya jatuh di area pipinya.

Setelah mendapat chat dari Jupiter bahwa Meteor dalam keadaan kritis, detik itu juga Bulan langsung ke rumah sakit. Tangannya membawa totebag putih berisi baju ganti untuk Bintang.

Langkahnya melambat saat telah sampai di lorong dekat kamar inap Meteor. Disana ada Bintang, Cahaya, Mentari, Jupiter, Komet dan Khatulistiwa yang sedang diam tak bergeming dengan tatapan sendu. Bulan berjalan mendekati Bintang. Kemudian ia memeluk kembarannya yang bajunya bersimba darah Meteor itu.

Tidak ada kata yang keluar. Namun pelukan mereka semakin mengerat. Seolah mereka saling menguatkan melalui telepati. Wajar saja, mereka kembar, pasti insting mereka kuat.

Jupiter memandang sepasang gadis kembar yang sedang berpelukan itu. Dirinya bahkan tak sanggup mendeskripsikan bagaimana perasaan dua gadis itu. Terutama Bulan. Pria yang dicintainya sedang berjuang untuk hidupnya. Namun ia tak bisa berbuat banyak. Jupiter sangat yakin bahwa Bulan terpaksa menjahui Meteor. Entahlah. Jupiter merasa begitu.

Terpaksa atau ... dipaksa.

Jupiter mendekati kedua gadis itu. Hingga pelukan mereka mengurai." Bin, lo ganti baju dulu, ya. Nanti lo ikutan sakit," kata Jupiter pada Bintang. Membuat Bintang melihat totebag yang di bawa Bulan. Lalu gadis itu menganggukkan kepalanya.

Lalu Jupiter beralih keteman-temannya." Kalian makan sana! Biar gue yang jagain Bos. Kita gantian."

Teman-temannya saling pandang. Sebelum akhiranya mereka pergi ke kantin rumah sakit dengan tidak semangat sama sekali.

Tinggal hanya Bulan dan Jupiter. Detik itu juga, tangis Bulan pecah. Tangannya mencengkran tali tasnya. Tak kuat." Gimana keadaan Matt, Ju?" tanya Bulan pada Jupiter. Gadis itu terisak.

Lebih baik ia tidak pernah bertemu Meteor sama sekali. Daripada harus melihat Meteor bermain-main dengan nyawa seperti ini.

"Matt masih di operasi. Baru setengah jam. Kita tunggu kabar dari Dokter," jawab Jupiter jujur. Cowok itu menepuk-nepuk bahu Bulan. Pasti hidup gadis ini sangat berat, pikirnya.

"Kenapa harus Matt, Ju?" Bulan terduduk di lantai. Kakinya tak bisa menopang tubuhnya.

Mau tak mau, Jupiter juga melakukan hal yang sama. Jupiter sengaja menyuruh teman-temannya pergi untuk memberi Bulan ruang. Paling tidak untuk menangis seperti ini. Bulan saja merahasiakan, tak mungkin malah Jupiter yang membocorkan hubungan Bulan dan Meteor.

Antariksa's : Aerglo + Galaksi Wijaksana (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang