"Yang tegas! Jangan main-main! Aku juga punya hati. Hatiku bisa mati kalau terus di sakiti!"
_Bintang Feranza Pasha_
Vote dan komen yaw!
Follow aku disini yaw!54. SEBUAH KEPUTUSAN
RUMAH INI DI JUAL
HUBUNGI : 082277080***Sebulan berlalu, Bulan dan Bintang memutuskan untuk menjual rumah mereka. Tidak ada lagi pemasukan. Kalau mereka tetap tinggal disana, pengeluarannya juga sangat besat. Itu menyulitkan.
"Kalian uda pikirin ini baik-baik? Tinggal di rumah gue aja enggak papa. Atau di rumah gue yang lain," kata Angkasa pada Bulan dan Bintang. Ia menyeret koper hitam milik Bulan.
"Angkasa bener. Atau mau ke apartemen gue? Gue ada, punya gue sendiri, belinya pakek uang gaji ngajar biola. Mau, Bin?" Meteor juga ikut membantu pindahan. Kondisinya sudah sangat baik. Hanya perlu checkup seminggu sekali. Karena masalah pendengarannya yang belum menemui titik terang. Meteor masih sering merasakan dengungan di telinganya. Dan itu sakit.
Bintang tersenyum menatap Angkasa dan Meteor. Beruntung ada mereka yang membantu. Lalu gadis itu melihat rumah lantai tiga miliknya. Rumah yang sudah di tempatinya sejak enam belas tahun lalu. Banyak sekali kenangan yang tercipta indah disana.
"Santai deh lo berdua! Gue sama Bulan ngontrak aja. Lebih nyaman karena enggak ngerepotin orang," ujar Bintang. Ia mengikat tali sepatunya lalu berjalan mendekati Meteor. Lalu tangan cowok itu berlabuh di kepalanya.
"Enggak ada yang ngerasa di repotin, Cil. Kalau repot, pasti gue enggak datang kesini," jawabnya.
"Iya. Kalian buat gue khawatir aja sih. Ya, Lan, ya, tinggal di rumah gue aja, ya," ucap Angkasa pada Bulan. Membuat gadis itu menggembungkan pipinya.
"Bulan sama Bintang biar mandiri. Angkasa 'kan uda jagain kita dari kecil." Bulan berjalan duluan ke mobil Meteor dengan menyisir rambut dengan jarinya. Diikuti Angkasa yang baru saja mengehembuskan nafas lelahnya.
Rumah kontrakan Bulan dan Bintang sangat lha sederhana. Namun cukup untuk di tinggali mereka berdua. Uang tabungan mereka memang cukup untuk kehidupan mereka setahun mendatang. Namun mereka harus benar-benar menghemat karena sebentar lagi pun mereka akan kuliah. Mereka harus pandai-pandai mengatur keuangan.
Hanya Angkasa dan Meteor yang membantu atas permintaan Bintang. Dia tidak mau merepotkan banyak orang. Sejak tadi, ia sudah berusaha menghubungi Galaksi. Namun tidak ada jawaban. Sejak dari pemakaman waktu itu, Galaksi sangat susah di hubungi. Kalaupun bertemu, menyapa hanya sekedarnya saja. Padahal, Bintang sangat merindukan pelukan cowok itu.
Tapi sudahlah. Bintang tidak ingin di cap sebagai gadis manja.
Biarkan saja.
"Nyaman enggak sih tinggal disini? Mana enggak pakek AC lagi." Daritadi justru Angkasa lha yang paling cerewet. Ia mengelilingi rumah kontrakan dua kamar ini yang menurutnya sama sekali tidak layak. Bukan apa-apa, dari kecil Bulan dan Bintang terbiasa hidup berkecukupan. Apa bisa mereka tinggak di tempat seperti ini? Apalagi Bulan yang manjanya sampek DNA. Apa bisa gadis itu hidup tanpa AC?
"Ya Tuhan ... gue yang pusing tau enggak! Uda tinggal sama gue aja, ya, Lan, Bin. Gue nafkahi kok," kata Angkasa lagi misuh-misuh. Ia berdecak menatap keatas. Bahkan genteng berkarat itu sepertinya bocor.
"Apaan sih lo Angkasawan!" Bintang menoyor kepala Angkasa." Lebay lo sampek Pluto! Siapa lo nafkahi gue sama Bulan, hah?"
"Tapi Angkasa bener, Cil," kata Meteor yang tengah menyusun kursi di ruang tengah. Ia menyugar rambutnya yang basah karena keringat." Atau mau pakek duit gue dulu. Nanti gantinya kalau inget. Enggak di ganti juga enggak papa. Gue nafkahi sampek kalian nanti nikah pun boleh. Duit gue kok bukan duit Papa. Duit gue banyak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antariksa's : Aerglo + Galaksi Wijaksana (✔️)
Teen Fiction|SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT. FOLLOW DULU AKUNNYA BARU BISA BACA| BAGIAN DARI ANTARIKSA SERIES (1) •Peringkat #1 Bulan 25 Juni •Peringkat #1 Antariksa 30 Juni •Peringkat #1 Wattpad 2020 26 Mei •Peringkat #1 Pluto 17 Juli •Peringkat #1 Mars 17 Juli •P...