02. [Sudah Revisi]

797 122 21
                                    

02. TERIMA HUKUM

"Betapa pun tajamnya pedang keadilan, ia tidak memenggal kepala orang yang tidak bersalah"

"Betapa pun tajamnya pedang keadilan, ia tidak memenggal kepala orang yang tidak bersalah"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

VELA terisak di tengah sunyinya ruang perpustakaan. Tangannya tetap saja mengerjakan tugas-tugas di mejanya. Matanya sudah sembab sedari tadi, kepalanya juga masih berdenyut akibat jambakan dari Keyra. Apalagi kakinya, kaki kanannya sudah membiru akibat tendangan dari Vian.

Hatinya? Sangat hancur mendengar kalimat terakhir yang dikatakan Derent. Sangat menusuk dan begitu membekas.

Bel berbunyi nyaring. Padahal Vela baru saja menyelesaikan tugas teman-temannya, terutama tugas Keyra dan Vian. Tapi tugasnya sendiri belum selesai. Bagaimana nanti kata guru fisikanya kalau tugasnya belum selesai? Alasan apa yang harus ia berikan?

Vela merapikan kemudian membawa tumpukan buku-buku tersebut. Ia berjalan gontai ke ruangan UKS dengan penampilan acak-acakan. Sejak keluar dari perpustakaan keadaan Vela masih sesenggukan tapi tangisnya sudah mereda.

Tak ada satu pun orang yang iba dengan keadaannya. Vela benar-benar terlihat menyedihkan. Orang-orang di sekolah ini seperti menganggap Vela tidak ada. Tapi ini bukan pemandangan yang baru, Vela sudah biasa begini.

Terlihat mandiri, sendiri namun sepi.

Vela membuka pintu ruangan bernuansa hijau putih tersebut. Butuh waktu 15 menit untuk mengumpulkan para siswa di lapangan, dan waktu itu di gunakan sebaik mungkin oleh Vela untuk mengobati lukanya.

Ia membuka kotak obat, mengoleskan sedikit minyak ke luka lembamnya.

"Eessshhh," ringisnya saat mencoba memencet lebam tersebut.

Vela membenarkan rambutnya yang acak-acakan. Walau tak ada yang peduli dengan dirinya setidaknya Vela tetap peduli dengan dirinya sendiri.

"Lo di bully lagi kan?" Tebak gadis yang merupakan piket jaga di UKS tiap senin. Dia Sifa.

Vela menoleh ke sumber suara, ia melihat gadis cantik dengan jas putih tengah berdiri berhadapan dengannya.

Vela hanya mengangguk.

"Ada yang luka?" Tanya Sifa lagi.

"E-eh enggak kok Sifa. Aku gakpapa."

"Cih, lo jangan pura-pura dan sembunyi di balik kata gakpapa."

Vela hanya terdiam. Ya Sifa memang benar, jika dirinya berbohong. Dia memang di bully dan ini bukan hal baru. Semua orang juga tahu kalau Vela adalah korban pembullyan karena latar belakang dirinya yang berbeda dari siswa kebanyakan.

Kakak Osis [REVISI] END✔Where stories live. Discover now