BAB 4 : Ikatan Janji Suci

3K 135 0
                                    

.

.

.

.

Rissa tidak pernah membayangkan kalau dirinya akan berakhir seperti ini. Kejadian satu malam mengubah segalanya, termasuk masa depannya. Rissa berdiri menatap penampilannya di cermin. Kebaya berwarna putih, membalut tubuh ramping Rissa dan mukanya dipoles make up tipis. "Kau sangat cantik, sayang." puji Diana, yang berdiri di belakang Rissa dan menyentuh pundak milik gadis berusia 20 tahun tersebut.

Rissa tanpa ragu mencoba menunjukkan senyum terbaiknya. Meskipun tak ada sama sekali sorot kebahagiaan di mata itu. "Tante akan menunggu di luar," ujar Diana sebelum melangkah keluar dari ruang rias pengantin. Sepeninggal Diana, air mata yang sejak tadi Rissa tahan mati-matian meluncur bebas membasahi pipi.

Sejujurnya Rissa tidak yakin dengan keputusannya ini. Tapi, Rissa tidak bisa mundur atau dia akan semakin mempermalukan keluarganya. Pintu besar itu terbuka. Rissa muncul bersama Adrian, pamannya, dan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Rissa tampak sangat cantik dengan kebaya pengantinnya yang menjutai ke bawah. Sebelah tangannya mengapit lengan Adrian. Berjalan berdampingan menuju Devan yang sudah menunggu bersama pak penghulu.

Tasya yang juga hadir di dalam pesta pernikahan tersebut, melamabaikan tangan ke arah Rissa dan memberi senyum semangat kepada sahabatnya itu. Rissa terlihat sangat cantik, dan Tasya sesekali memotret dengan ponselnya untuk mengabadikan moment sakral sahabat tercintanya. Lalu di sisi lain ada Aldo, pria itu hadir sebagai tamu undangan dan saksi. Aldo menepuk pelan bahu Devan dan berbisik, "Semangat bro."

Aldo sudah diberitahu Devan tentang semuanya. Aldo tidak bisa bisa menghakimi, tetapi juga tidak bisa membenarkan perbuatan Devan 'sebelumnya'. Setidaknya sahabatnya itu sekarang bersikap jantan yang tidak lari dari masalah, dan berani bertanggung jawab.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Rissa Adistya binti Anton Mulyadi,  dengan maskawin tersebut di bayar tunai." Acara pernikahan tersebut berlangsung sederhana dan tertutup, hanya di hadiri oleh beberapa orang saja, yang bisa dihitung dengan jari. Tidak ada senyum di raut wajah Rissa, dan Adrian menyadari akan hal itu.

Begitu acara usai, Rissa dibawa langsung ke Apartement milik Devan. Sebelum itu Adrian sempat menemui Devan sebentar, dan mengatakan sesuatu padanya.

"Aku sudah mengenalmu cukup lama. Kau bahkan sudah seperti putraku sendiri. Terlepas dari apa yang kau lakukan. Kumohon jaga dan rawat Rissa dengan baik. Jika kau berani menyakitinya, aku sungguh tidak akan mengampunimu." Ini semacam peringatan untuk Devan. Perasaan murka jelas masih dirasakan oleh Adrian, kecewa, dan kemarahannya belum hilang atas apa yang terjadi, terlebih pada sosok di hadapannya ini.

"Bapak tenang saja, saya akan menjaga Rissa. Bapak tak perlu khawatir, bapak bisa pegang ucapan saya." Devan menjawab sungguh-sungguh.

oOo

Terlihat tindakan kikuk keduanya, begitu berada di satu kamar yang sama di Apartement Devan. Mereka belum bicara sejak selesai acara. Rissa berhasil mendudukkan diri di sofa di ruangan luas itu, sedikit kesulitan karena dia masih mengenakan kebaya pernikahan yang belum sempat dia lepas. Rissa menghela nafas. Tidak jauh dari tempatnya duduk, Devan sedang melepas jasnya pengantinnya, menyisahkan kemeja putih yang melekat pada tubuh atletisnya.

EDELWEISS (1-END)Where stories live. Discover now