5. competition

117 33 3
                                        

Hening siang itu, seisi kelas sibuk menciptakan goresan di atas kertas. Sebagian bertanya-tanya, apakah ribuan huruf yang diukir akan berguna di masa depan? Akankah tak ada kesusahan lagi bila giat belajar?

Lee Byounggon baru saja selesai menggumamkan bait pertama rap buatannya saat Guru Yoon tiba-tiba merangsek masuk kelas. Byounggon yang seharusnya menulis kata "kaset", keliru menjadi "kaget". Ia berujung memohon pada Hyunsuk yang kikir dipinjami penghapus, sedangkan Seunghun hanya sibuk menertawai. Sungguh teman-teman yang baik.

"Kim Yonghee dan Lee Yorim, benar ada di kelas ini?"

Banyak yang sukarela menjawab "Ya". Pemilik kedua nama tersebut berakhir digiring ke ruang bahasa. Tentu saja muncul tanda tanya di atas kepala mereka. Guru Yoon tersenyum, membagikan satu bendel kertas untuk masing-masing. Soal matematika.

"Bapak sudah lelah berkeliling dari kelas 10 dan 11, mencari siapa yang minimal mampu mendapat skor 90 dari soal ini, tapi belum ada. Kalian cobalah, tidak apa 'kan ikut olimpiade matematika walau sudah kelas 12?"

Manik Yonghee memancarkan binar bahagia. Senyum yang tak pernah lepas dari wajah tampannya kian melebar.

"Bersainglah. Hanya satu orang dengan nilai lebih tinggi yang akan dipilih," lanjut Guru Yoon sembari membagikan kertas kosong dan pensil. "Waktu 60 menit dari sekarang!"

Yonghee bertekad, kilau matanya berapi-api. Dirinya yang haus prestasi tak mempedulikan Yorim di sebelah yang tampak santai mengerjakan soal.

Guru Yoon keluar setelah menunggui selama 30 menit. Sebagaimana matematika, seperti biasa akan membuat kepala siapapun mendidih—bahkan untuk mereka yang mengaku suka. Tak berdusta, Yonghee mulai merasa pening karena tingkat kesulitan soal yang lebih dari seharusnya. Angka di kertas memburam dari pandangan, lalu Yonghee merasa bagian atas bibirnya basah.

Ah, darah. Mimisan lagi.

Yorim melihat bagaimana pergerakan tak tenang dari Yonghee yang sibuk menyeka darah. Siapapun yang belajar terlalu keras pasti akan begitu. Yorim yang selalu siap sedia sapu tangan di saku jas, menyodorkannya untuk Yonghee.

"Jangan mendongak. Pakai sapu tangannya dan biarkan darah itu keluar." Yonghee terperanjat, namun segera menerima sodoran kain persegi itu.

"Mau dibelikan minum?" tawar Yorim yang mendadak punya banyak inisiatif. Yonghee menggeleng. "Santai saja mengerjakannya," lanjut Yorim lirih, kembali sibuk mengkalkulasi angka.

Yonghee menoleh, sorot mata lamatnya berteriak tak setuju. Santai dia bilang?

༚✧───✺────✧༚

"Kerja bagus!" Guru Yoon tersenyum lebar. "Sudah saya duga, kalian berdua memang tidak mengecewakan. Skor kalian bisa melebihi angka 90, walau ada perbedaan sedikit. Siap mendengar siapa yang akan mewakili sekolah?"

Yonghee mengangguk antusias, sedang Yorim hanya tersenyum kecil sebagai respon menghormati sang guru.

"Yonghee, skormu menyentuh angka 92, hebat! Dan Yorim, kamu一

一kenapa menakjubkan sekali bisa mendapat 96?"

Yonghee pias seketika.

Tak menyadari raut Yonghee, guru yang bernama lengkap Yoon Jisung itu bersuara lagi. "Kalian boleh keluar. Untuk Yorim, besok istirahat pertama ke sini untuk pendalaman materi."

Setelah berpamitan, Yonghee dan Yorim menuju kelas berdampingan. Jarak tercipta cukup lebar. Bukan hanya jarak fisik, namun kecanggungan yang amat terasa.

"Apa menyenangkan?" Suara rendah Yonghee membuat yang ditanya menoleh.

Kali ini, Yorim dapat menangkap sorot mata tajam, namun dominan oleh pijar putus asa. Ia masih menunggu apa yang akan diucap oleh Yonghee selanjutnya.

"Soalku tertutup darah, angkanya tak terlihat. Bukankah unggulmu hanya pemberian?"
Yorim terhenyak, tak menyangka ungkapan kebencian pertama ia dapat dari Yonghee一orang yang selalu tersenyum dan tampak baik.

Mereka sama-sama terdiam, Yorim meremas kertas soal yang membuat Yonghee melirik ke asal suara. Raut gadis itu memancarkan senyum miris, "Mau tanding ulang? Ah tidak, atau begini saja ...."

Sibuk berbincang, mereka berdua tak sadar kalau percakapan itu terekam dengan baik oleh Seunghun yang entah sejak kapan berdiri di belakang. Selesai berbicara, Yorim berlalu sembari menepuk dua kali bahu sang wali kelas, meninggalkan Yonghee yang berdiri mematung. Seunghun yang  selesai menguping, kemudian bertolak memilih jalur lain.



一一੭ु

Bukan orang lain yang mengalahkan.
Ketakutanlah yang melemahkan.

一一੭ु

e x f i l t r a t e  [一kim yonghee ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя