4

1.5K 90 0
                                    

-Di rumah sakit-

Iva pov

Rasanya tubuhku lemas sekali, perutku lapar, dan kakiku juga masih sakit. Tapi aku tidak peduli, aku tidak mau Finn tambah sakit hanya karna merindukanku. Aku tau Candra sangat menyayangi Finn, dan aku tidak ingin Candra mengalami yang kurasakan saat ini.

Di ruangan Finn, aku langsung menciumi bocah itu, rasanya melihat Candra begitu menyayangi anak ini, aku pun ikut menyayanginya..

"Mama?" Finn mengerjapkan matanya dan langsung menatapku dengan berbinar

"Finn kenapa gamau makan?" Tanyaku

"Pinn kanen mama" ucap Finn polos. Aku tersenyum dengan penuturan polosnya itu.

Aku menyuapi Finn sedikit demi sedikit, dan sialnya, aroma makanan Finn memancing perutku untuk berbunyi nyaring. Ah memalukan.

Setelah Finn tidur, Candra keluar, bertepatan dengan seseorang yang masuk ke dalam ruangan ini. Seorang wanita yang sangat cantik dan tampak seperti model berkelas

"Kamu Iva?" Tanyanya

Aku mengangguk, berbagai pertanyaan lantas muncul di kepalaku.

"Saya Bella, ibu Finn," ucapnya langsung menjawab rasa penasaranku

"Oh maaf bu Candra, saya ga tau." Aku terkejut dan mulai merasakan canggung, tidak tau harus bagaimana dan bicara apa, terlebih saat aku sendiri justru mencintai suaminya.

Hening di antara kami terus terjadi sampai Candra akhirnya kembali ke ruangan ini.

"Nih makan, kamu belum sarapan kan." Candra menyodorkan bungkusan makanan padaku. Aku berterimakasih dan langsung membukanya.

Tapi beberapa suapan saja langsung membuat perutku kontraksi, rasanya nafsu makanku belum pulih setelah masa duka yang menimpaku.

Aku segera menuju kamar mandi dan berdiam sesaat. Tiba-tiba sepi menumbuhkan kembali perih di hatiku karna teringat ayah.

"Iva!" Candra menggedor pintu kamar mandi

"Ah iya, sebentar lagi pak." Sahutku berusaha menormalkan suara

Sebelum aku membuka pintu, pandanganku kabur dan lama-lama gelap. Tapi aku masih bisa mendengar suara gebrakan, dan suara Candra yang semakin dekat

*

Aku mengerjapkan mataku berkali2 beradaptasi dengan cahaya yang menyoroti wajahku. Lalu kemudian pemandangan indah terpampang di hadapanku, Dosen tampan kesukaanku sedang tertidur bersandar ke kursi, pahanya menjadi bantal untuk tidurku.
Spontan aku bangun membuat pria itu pun ikut terbangun.

"Ah Iva, syukurlah kau sudah sadar." Tutur Candra khawatir

"Maaf pak, jadi ngerepotin." Aku sangat merasa canggung dan tidak sopan atas apa yang terjadi padaku

"Justru saya yang ingin minta maaf karna sudah bikin kamu sakit gini." Balas Candra penuh penyesalan

"Umm, ibunya Finn?" Tanyaku ragu

Baru aku bertanya, Bella datang dengan beberapa bungkusan makanan. Wanita itu melihatku dengan sorot matanya yang tajam

"Umm. kalau gitu saya pulang dulu ya pak, bu." Aku berusaha bangkit untuk berpamitan.

"Biar saya antar." Candra bergegas mengambil jaket dan kunci mobilnya

"Gapapa pak, saya naik ojek saja." Tolakku cepat, aku tidak mungkin membuat istrinya marah karnaku. Aku sudah banyak membuat kesalahan hari ini.

Aku langsung menyalami Bella, kemudian mengecup Finn sekilas.

"Kamu yakin gamau dianter?" Tanya Candra memastikan. Aku mengangguk.

Aku berjalan menyusuri koridor rumah sakit, rasanya kakiku berat sekali, dan tubuhku juga lemas.

"Ahh."

Hampir saja aku jatuh, jika seseorang tidak menahan tubuhku dari belakang.

"Kamu ini masih lemes." Tuturnya. Aku mendongakkan kepala dan mendapati wajah Candra lagi.

"Ah maaf pak, gapapa kok." Jawabku cepat, jujur saja aku masih takut pada istrinya.

"Yasudah saya antar sampai depan rumah sakit." Ucapnya seraya mendahului jalanku, jelas sekali jika ia tidak mau dibantah.

Pelan-pelan aku berjalan mengikutinya, tapi rasanya tubuhku semakin tak berdaya, kakiku juga terasa nyeri.

Aku merunduk memegang lutut, mencoba menstabilkan kekuatan di kakiku.

"Masih gakuat jalan kan?" Candra tiba-tiba saja membopongku. Aku berusaha meronta.

"Eh pak.--"

"Jangan banyak gerak, makin berat" Serunya

Akhirnya aku memilih diam dan menikmati kesempatan ini. Kulingkarkan tanganku di leher Candra sekadar untuk berpegangan. Jantungku rasanya berdegup tak karuan, dan wajahku memanas sejak awal. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat wajah Candra dari sangat dekat, aku juga bisa mencium aroma maskulin tubuhnya yang memabukkan.

Dia memang makhluk sempurna, batinku...

Tanpa kusadarai, kami sudah berada di parkiran rumah sakit. Candra menuruniku tepat di depan mobilnya.

"Ma.. makasih pak." Ucapku gugup, aku hendak pergi mencari ojek, tapi Candra menahan lenganku cepat

"Naik mobil." Suruhnya

"Tapi.--"

"Kamu ini susah banget nurut ya." Tuturnya. Sekarang dia memasang wajah tegas, dan aku tau dia sedang marah. Jadi tak ada jalan lain selain langsung menurut saja.

Selama perjalanan, hening menyelimuti kami hingga mobil tiba di depan rumahku.

"Iva, jalani hidupmu, jangan terus terpuruk dan menyiksa diri" ucapnya sebelum aku keluar dari mobil.

Satu kalimat saja dari Candra berhasil menumbuhkan kembali semangat di hidupku.

"Makasih banyak pak untuk semuanya."

***

SUGAR DADDY SYNDROMEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora