CH. 3

19.2K 402 4
                                    

"Ssshhhhhttttt!!"

Tubuhku ditarik membuatku tak bisa berontak. Entah siapa yang tiba-tiba menyerang dan langsung membekap mulutku.

Aku bergerak-gerak memberi perlawanan tapi si pelaku tak ingin melepaskanku.

Tubuhku didorong bersembunyi di balik tembok karena berada dalam posisi lemah akhirnya pasrah terdiam, dan bernapas lega ketika akhirnya si pelaku melepaskan tangannya.

Hufh... Akhirnya.

"Kamu kenapa, sih?" tanyaku tak senang.

"Shhhttt! Tadi tuh ada Jovan. Dia beneran nyari lo, jadi lebih baik lo sembunyi," bisik cowok kemarin.

"Anjing, mana sih tuh perek kecil? Kayaknya dia udah tahu deh."

Mataku langsung melotot mendengar suara penuh gerakan itu. Cowok sialan buas itu rupanya! Harusnya aku keluar dan menyobek mulutnya agar dia tidak sembarangan bicara seperti itu padaku.

Memangnya aku gadis open BO? Ugh... Aku benci jika hidupku terus disudutkan padahal aku tidak tahu menahu urusan mereka.

"Anjing! Besok gue harus ke sini lagi. Pokoknya harus sampai dapat. Tikam lubangnya ramai-ramai, sampai longgar."

Aku mengepalkan tangan kuat. Sakit hati sekali mendengarnya, kenapa ada manusia yang mulutnya sampah seperti itu?

Dasar sialan!

"Jangan takut, gue akan melindungi lo," ujar cowok itu menenangkan. Aku bahkan sudah lupa namanya siapa, tapi dia sudah berkali-kali melindungi aku atau dia juga hanya satu dari sekian dari laki-laki modus?

"Aku lupa namamu," ujarku jujur.

"Panggil aku Bee. Gue akan panggil Honey."

Aku hanya tertawa, memangnya dia kira kita sedang di alam? Ada-ada saja, tapi kehadirannya membuatku sedikit terhibur. Apa aku boleh menganggap dia teman?

"Dih, norak!"

"Norak itu lebih menyenangkan," balasnya.

Aku hanya menggelengkan kepala pada seorang cowok narsis di depanku.

Akhirnya kami keluar dari tempat persembunyian dan berjalan menuju post.

"Aku boleh minta nomor hape kamu?" tanya cowok itu lagi.

Aku pun menyebutkan nomor ponsel yang diminta sambil berjalan berdampingan. Hari ini cuaca sangat panas. Aku hanya menutupi kepala dengan tas, panas yang menyengat tubuhku begitu terasa seperti disengat api neraka.

"Aku masih lupa siapa nama kamu."

Cowok itu menyugar rambutnya karena aku memang payah mengingat nama orang kecuali dia orang penting dan orang terdekat.

"Ayden. A Y D E N. Dipanggil sayang atau Bee." Cowok itu mengeja namanya, lagi-lagi aku tertawa.

Ah, bisakah kalian menghitung berapa banyak aku tertawa hari ini? Di rumah, kotak suaraku dicuri Spongebob dan bersama Ayden aku terus tertawa seperti Patrick. Apakah dia Garry atau Patrick?

"Panas nih, lo mau makan ice cream?" tawarnya.

Aku mengangguk dan kami berdua masuk ke sebuah supermarket yang bercat putih dan merah. Bukan hanya membeli ice cream, kami membeli banyak jajanan dan juga minuman bersoda.

Ketika keluar dari supermarket, aku langsung menggigit ice cream cokelat tersebut. Saat meleleh dalam mulut terasa surga turut hadir di dalam sana.

"Lo harus banyak makan, nanti dilihat kayak ranting berjalan," komentar Ayden.

DELISHA (END+LENGKAP) Where stories live. Discover now