PART 9

164 14 0
                                    

Hari ini Rintik akan mengikuti sidang skripsi. Ia duduk terdiam di depan ruangan dengan wajah yang kelewat santai.

"Rintik!" panggil Embun seraya berlari mendekati Rintik.

Rintik menolehkan kepalanya, kemudian senyumannya mengembang ketika mendapati Embun yang berlari kecil ke arahnya.

"Embun!!" kata Rintik seraya memeluk Embun dengan erat.

"Semangat ya, Rin! Kamu pasti bisa!" kata Embun seraya mengusap-usap punggung Rintik dengan lembut.

Kemudian mereka melepas pelukannya, "Iya, inshaallah, Bun. Do'ain aku, ya!" kata Rintik yang diangguki oleh Embun, "Pasti!"

Mereka terus bercengkrama dengan santai, seolah setelah ini tidak akan terjadi apa-apa.

Hingga sebuah panggilan membuat mereka sama-sama terdiam, "Rintik Asa!".

"Aku masuk dulu ya, Bun. Assalamualaikum!" kata Rintik seraya bangkit dari duduknya, kemudian memasuki ruangan sidang.

"Waalaikumussalam! Semangat! Bismillah!" kata Embun memberi semangat. Rintik menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis. Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya ia juga merasa gelisah, tapi ia pintar menyembunyikannya dengan ketenangannya.

 Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya ia juga merasa gelisah, tapi ia pintar menyembunyikannya dengan ketenangannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Halo, Rintik Asa! Ehh Pak Slamet! Ini lho mahasiswa yang sering saya ceritakan. Dia itu uwawlah pokoknya. Suka traveling, suka nulis pengalamannya juga di blog pribadi dia, EYD-nya juga bener lagi. Aduh, waw banget kan Pak Slamet?" kata Ibu Melly Stevanny pada Bapak Slamet Suparman.

Rintik hanya bisa tersenyum kaku mendengar perkataan Bu Melly.

"Ohh ini, anaknya. Saya nggak pernah ngajar kelas kamu deh kayanya," kata Pak Slamet dengan dahi kirutnya yang terlihat mengerut.

Rintik ikut mengerutkan keningnya, "Mungkin bapak lupa. Saya selalu duduk di bangku pojok kelas."

"Ohh iya! Saya ingat! Kamu kan yang sering saya panggil Gerimis itu kan?" tanya Pak Slamet yang diangguki oleh Rintik.

Mata Bu Melly menatap Pak Slamet nyalang, "Enak aja bapak merubah nama Rintik asal-asalan. Namanya udah bagus-bagus gitu, Rintik Asa, pake segala bapak ganti. Nggak boleh gitu, Pak. Saya sebagai dosen yang menjadi fans beratnya menjadi__"

"Ssttt!! Sudah-sudah. Ayo, Rintik Asa! Silakan dimulai presentasinya!" Pak Rendy Algibran yang dipatuhi oleh Rintik.

Namun sebelum memulai presentasinya, ia menatap ke arah empat dosennya. Bu Melly yang terlihat ceria, Pak Slamet yang menatapnya dengan wajah santainya, Pak Rendy yang menatapnya dengan mata teduhnya, dan Pak Wira yang menatapnya dengan wajah tengilnya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya lirih, kemudian mencoba fokus untuk memulai presentasinya.

"Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil'alamin, wabihi nastainnuala umu riddun'ya waddin.

Rintik Asa [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora