Janggal

1.2K 168 4
                                    

Apa yang tadi pagi Sasuke lihat, tampaknya tidak bisa teralihkan dari otaknya. Ia menyandarkan tubuhnya, entah kenapa rapat tadi terasa sangat lama. Atau memang dirinya saja yang ingin cepat-cepat pulang?

Dia berusaha keras membangun stigma tentang 'mungkin hanya kebetulan.' tapi rasanya sulit, saat ia menyadari ada beberapa opini tak kasat mata oleh dirinya sendiri yang mengatakan 'tapi, bagaimana bisa?'

Ia ingat-ingat lagi.

Saat semalam ia melajukan mobilnya pulang, turut sebuah mobil bewarna merah juga melaju di belakangnya. Itu bukan hal yang penting, karena mau seprivat apapun jalan pulang miliknya pasti tetap ada orang lain yang melintasinya.

Tapi mobil itu mengikuti terlalu jauh untuk seseorang yang tidak Sasuke ketahui. Bahkan tidak semua Uchiha tahu letak dimana rumah miliknya dibangun. Karena kakeknya benar-benar suka kedamaian, hingga secara tak terang-terangan menyembunyikan letak rumahnya. Rumah yang Sasuke huni bersama Sakura saat ini.

Intinya, harusnya Sasuke tahu siapa pengendara mobil merah itu hingga masuk daerahnya terlalu dalam, tidak ada selain Uchiha tertentu yang akan kesana. Atau, jangan-jangan ....

Sasuke bangkit tiba-tiba, melangkah terburu. Pergi cepat-cepat tanpa peduli pintu ruangannya tak sempurna tertutup. Ia harus cepat pulang. Ia melajukan mobilnya cepat, saat kini sebersit rasa was-was menjalar di hatinya. Tentang gadis itu, yang harus tetap baik-baik saja.

Sasuke mendecih, saat ia harus berhenti karena lampu merah. Siapa orang asing yang berani-beraninya mengikuti mobilnya semalam. Dan ... mau apa dia melakukannya?

Ah, sial. Ia menancap gasnya kencang.

Saat ada dua perbandingan kini memenuhi pemikirannya. Satu, tidak ada seorangpun yang akan mencarinya dengan cara seperti ini. Atau yang kedua, bukan dirinya yang orang asing itu cari.

Berusaha keras tetap tenang, seraya mencoba mencari ponselnya. Berniat menghubungi gadis itu. Pemuda itu menghela napas gusar saat didapatinya panggilannya tak terjawab. Tak ada apapun yang dapat ia lakukan kecuali memacu mobilnya lebih kencang.

Dan untuk pertama kalinya ia berharap firasatnya kali ini adalah salah.

***

Gadis itu baru saja selesai membersihkan diri, bahkan kini rambut merah mudanya masih basah. Ia melangkah ke dapur, saatnya ia membuat makan malam.

Mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas, dan mulai memotong beberapa sayuran. Tangannya terhenti saat mendengar sesuatu. Ia diam sejenak, lalu menoleh. Memandang jam di dinding.

Apakah Sasuke sudah pulang?

Ia melangkahkan kakinya.

***

"Ayo angkat, Sakura!"

Pemuda bersurai pekat itu mengeraskan rahangnya saat panggilannya tak juga terangkat. Ia risau, ia benar-benar berharap tak ada apapun di rumah. Semuanya baik-baik saja. Harus. Sasuke mempercepat laju mobilnya, dan lagi-lagi mencoba menghubungi Sakura.

***

Langkah Sakura terhenti, senyap ia seperti mendengar ponselnya berdering. Kepalanya mendongak, menatap kamarnya. Ponselnya ada disana. Siapa yang menelfon?

Satu detik.

Dua detik.

Ia menurunkan pandangannya, menatap pintu seputih gading itu. Lalu kembali menatap ke tempat dimana ponselnya berdering. Apa ia harus membuka pintu dulu atau mengambil ponselnya? Ponsel itu tak berhenti berdering, seolah seseorang berusaha keras untuk menghubunginya. Tapi ketukan di pintu itu juga terus menunggu untuk dibukakan.

Blooming Up My FlowerWhere stories live. Discover now