Spam Hans

301 135 79
                                    

"Teruntuk hati, jangan mudah terbawa perasaan atas suasana yang belum diketahui kebenarannya."

Sang rembulan bersinar di atas langit yang cerah, diikuti dengan hembusan angin yang semerbak. Firda terlihat murung di dalam kamar yang berukuran 3×4 meter, semua sudah terlihat jelas alasan kemurungan Firda, karena ponselnya tertinggal di kamar waktu ia membuang secara sembarang, ketika mematikan suara alarm tadi. Alhasil saat di sekolah, Firda hampa tidak membawa ponsel.

"Apa ini karma gue sama handphone ini, yak? Masa, iya?" monolog Firda.

Firda menyalakan data seluler, banyak notifikasi yang masuk. Entah notifikasi pesan, akun sosmed, bahkan notifikasi chrome. Firda membuka aplikasi WhatsApp, jeng-jeng matanya terfokus pada satu kontak.

"Hans?"

Banyak pesan yang terkirim oleh lelaki itu, bukan sekedar pesan bahkan panggilan vidio lima puluh kali tak terjawab. Antara terniat atau memang tidak ada kerjaan.

Firda membaca pesan dari Hans dengan tak suka, yang ia lakukan justru membuatnya sangat ilfil.

Hans⚓  : Pirdaaa.

Hans⚓  : Pir! Di mana si kok centang satu?

Hans⚓  : Gak mati, kan? Masih idup di
                   sana?

Hans⚓  : Jangan-jangan gantung diri?
                  Duhdah, jan mati! Jan bunuh diri
                  mending ke pelaminan sama
                  abang, hehhee:)

Hans⚓  : Pir, di mana sih?! Jangan
                  selingkuh, ya baby.

Hans⚓  : Eh paan, yak? Kan, belum
                   pacaran, tapi calon hmm ...
.
.
.
.
.
Panggilan vidio tak terjawab
Panggilan vidio tak terjawab
Panggilan vidio tak terjawab
Panggilan vidio tak terjawab
Panggilan vidio tak terjawab
.
.
.
.
.

Firda bergeridik merinding, masih ada spesies makhluk seperti Hans. Ia menghembuskan napas panjang, Firda bingung akan merespon pesan dari Hans bagaimana? Seumur hidupnya baru kali ini ia menemukan manusia seperti Hans.

"Dibalas apa, ya? Jadi bingung sendiri gue, ah labil amat sih. Kalo di read doang ntar nyesek."

"Kok gak capek, ya jarinya?" lanjut Firda.

Firda frustasi, mengacak-ngacak rambut pendeknya itu, ia benci dalam situasi ini.

"Aghhhh!!" teriak Firda.

Firda berteriak dengan nyaring, tenggorokannya sampai kering. Alhasil Firda tersedak sendiri.

"Hukhukhukk."

"Pirda gak papa, Nak?"

Papa Firda bertanya di ambang pintu kamar Firda yang terkunci, Papa Reno mengetuk-ngetuk pintu tersebut karena tidak ada jawaban dari Firda.

"Hem gak papa, Pa. Cuman banyak tugas aja."

"Beneran?"

"Iya, Pa."

Papa Firda enyah dari tempat tersebut, tiba-tiba seseorang misterius membuka pintu kamar Firda.

Ceglekkk

"Katanya belajar? Ternyata malah main HP teross!!!"

Firda menutup kedua telinganya dengan bantal yang ia gunakan, Firda tahu bahwa manusia yang di hadapannya pasti akan membabi buta.

The Difference Between Us [End]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora