Maaf, Satya

70 17 0
                                    

"Kadang, manusia lupa cara berterima kasih dan meminta maaf. Kamu mampu melakukan dua hal itu, kamu hebat. Kamu mengucapkan rasa syukur dan kamu mampu mengakui kesalahanmu."
-Satya-

Semua berjalan monoton pada kota kecil ini, pagi harinya semua rakyat berjalan sesuai tugas masing-masing.

Orang tua bekerja, sedangkan para anak-anak berangkat sekolah. Begitu juga dengan Firda. Firda harus bersekolah.

Firda yang sekarang bukanlah Firda yang dulu, Firda berubah menjadi introver. Ia suka memendam rasa sendirian, tidak mengutarakan kepada orang lain.

Semua cerita tentang dirinya dengan Hans akan tersimpan rapi di balik hati yang menjadi batu itu.

Firda sudah bertekad, ia tidak akan bercerita dengan Yaya maupun dengan Satya dan Lili. Ia rasa, cerita ini privasi tidak perlu diumbar terlalu publik.

***

"Mbar," panggil Lili.

Firda tidak menyahut dan menatap Lili, ia masih sibuk menulis materi yang ada di papan tulis.

Waktu istirahat banyak dimanfaatkan oleh semua Taruna/i pergi ke kantin untuk mencari sesuap makanan, tetapi tidak dengan Firda. Firda lebih memilih mencatat materi itu.

"Ayok ke kantin," ajak Lili.

Firda tetap menulis, Lili merasa tidak dihargai oleh Firda. Gadis itu tidak menjawab ajakan Lili, justru masih menulis.

"Mbar, kalo gak mau diajak ke kantin itu ngobrol dong!"

Kepala Firda menoleh ke arah Lili. "Aku nulis, Mbar. Kamu ajak Yaya saja."

Lili bersungut-sungut, "Aelah, sekarang ogah ah manggil kamu pakek Mbar! Pirda aja deh!"

"Terserah." Jemari Firda melanjutkan menulis.

"Ya, ke kantin, yuk?" teriak Lili kepada Yaya.

"Kuy."

Yaya dan Lili pergi ke kantin. Firda tidak sengaja menatap Satya yang kebetulan Satya juga menatap Firda. Satya langsung memalingkan wajahnya dari Firda. Ia ketahuan sedang memandang Firda dari jauh sana.

Bibir Firda tergores senyuman, ia akan meminta maaf kepada Satya soal kejadian kemarin. Ia sempat marah padanya, seharusnya ia justru berterimakasih. Berkat dia, Firda menjadi lebih kuat daripada hari kemarin-kemarin.

Firda meninggalkan bangkunya dan duduk di sebelah Satya, kursi itu milik Yaya.

Wajah Satya gelagapan, Firda sedang memandangi wajah Satya dari dekat. Wajah Satya nampak dibasahi keringat dingin yang bercucuran, kemungkinan jantung Satya juga berdetak cepat.

"Apa sih, Pir? Mandang aku kayak gitu?" tanya Satya dengan nada panik.

Tenggorokan Firda mengeluarkan suara ketawa, ia sedang ketawa melihat dan mendengar kepanikan Satya.

"Tenang, aku di sini cuman mau bilang maaf sama terima kasih," ujar Firda.

"Maaf? Buat apa? Terima kasih buat apa juga?"

"Maaf, karena kemarin sempat marah padamu atas kejadian kemarin. Terima kasih, karena caramu berhasil membuatku kuat,"

"Katanya IQ tinggi, diajak ngobrol gini doang LOLA," lanjut Firda.

The Difference Between Us [End]Where stories live. Discover now