Part 17. Gembira Ananta

1.2K 81 13
                                    

"Sena, di manakah kamu berada? Senaaa!" teriak Ale sedih.

Air mata Ale bercucuran membasahi kedua pipi. Bahu lelaki itu terguncang hebat. Hatinya amat sedih dan takut.

"Sena ... kenapa kamu pergi meninggalkan aku?" rintih Ale getir. Tangannya meninju tanah dengan kuat.

"Sena ... aku tidak bisa hidup tanpamu." Ale terus meratap. Dia tidak peduli ada banyak pasang mata yang melihatinya dengan tatapan heran.

"Senaaa!"

***

Tidak terasa air mata Aleandra kembali menetes. Hatinya begitu sesak bila terkenang masa kelam itu. Sungguh ia tidak pernah tahu di mana keberadaan istrinya setelah kejadian tersebut.

Hatinya kian nelangsa saat terkenang omongan Senandung beberapa hari yang lalu. Wanita yang amat ia rindukan menuduhnya lari dari tanggung jawab. Tega menelantarkan istri yang tengah hamil. Aleandra menggeleng. Sungguh dia merasa sakit dan pilu.

Lelaki itu menarik napasnya dengan berat. Dadanya terasa sesak. Dia menoleh ke samping, tampak sang istri tengah terlelap dengan damai. Dengan lembut Ale mengusap rambut Syifa.

"Di saat ada rasa sayang di hatiku untuk Syifa, kamu hadir lagi dalam hidupku, Sena," gumam Ale getir. Tidak bisa dipungkiri perhatian dan kasih sayang dari Syifa sedikit perlahan mengikis nama Senandung dari dalam hatinya. Namun, dia sama sekali tidak bisa melupakan sang mantan.

Aleandra ikut merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Mencoba memejamkan mata, tapi wajah Senandung tak jua sirna dari pikiran.

Pria itu tertidur karena lupa. Lalu dirinya bermimpi bertemu dengan Senandung. Dalam bunga tidurnya, pria itu melihat wanita yang amat dirindukan tengah menuntun anak kecil. Kemudian saat mereka berpapasan, Senandung segera pergi menghindar.

Dalam mimpi, Ale sangat penasaran dengan anak kecil itu. Maka dia pun bergegas mengejar Senandung. Namun, wanita itu bergegas lari bersama buah hatinya begitu melihat Ale mengikuti.

"Sena, tunggu! Aku mohon jangan lari," pinta Ale dalam mimpi.

Namun, Senandung tetap saja berlari seraya menggendong sang buah hati.

"Sena ... berhenti! Sena ...," teriak Ale.

"Sayang ... bangun, Sayang!"

Syifa menepuk-nepuk pipi Ale, yang histeris memanggil nama Senandung dalam mimpinya.

Saat Aleandra membuka mata seraut muka teduh tersenyum manis padanya. Begitu Ale bangkit duduk, Syifa segera memberi segelas air putih.

"Mimpi apa sampai keringatan begitu?" tanya Syifa perhatian pada sang suami.

Ale sendiri hanya menggeleng lemah untuk menjawab pertanyaan sang istri. Penuh perhatian Syifa mengusap peluh yang membasahi wajah suaminya dengan tisu.

"Kau berteriak-teriak memanggil nama Senandung dalam mimpimu," ujar Syifa heran.

Ale hanya tersenyum tipis mendengarnya, lalu dengan pelan dia pun berujar," Sudahlah, sebaiknya kita tidur lagi."

"Kau tak mau menceritakan mimpimu seperti apa?" tanya Syifa penasaran. Ale menggeleng.

"Oke."

Tanpa bertanya lagi, Syifa menarik selimut dan mulai merajut bunga tidurnya sendiri.

'Aku harus menemui Senandung, agar bisa bertemu dengan buah hatiku,' batin Ale bertekad.

Keesokannya

Aleandra menemui Kian di kantor. Ketika dia masuk, sang sahabat tengah berkutat dengan kesibukan. Mata Kian terus saja menatap layar monitor di depannya, sehingga tak menyadari kedatangan adik ipar. Dia baru menoleh setelah Ale memegang pundaknya.

Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang