14. Penolakan Orang Tua Ale

642 31 0
                                    

Pesona kecantikan pada paras Senandung membuat gelap mata. Ia sangat berhasrat melihat gadis kalem ini. Terlebih sang sangat begitu polos.

Mendadak seperti ada malaikat yang menyadarkan Senandung. Seakan tersadar akan khilafnya cinta, gadis itu lekas menepis tangan Ale dengan kasar. Saat sang cowok mulai menyingkap kaosnya.

Ale tertegun. Tentu saja pemuda itu menjadi bingung dengan perubahan sikap Senandung. Namun, ia berpikir jika penolakan Senandung adalah bentuk malu-malu dari gadis tersebut.

Ale menarik kembali Senandung dalam dekapan. Tetapi berulang pula gadis itu mendepak tubuh kekar dengan berani. Senandung beranjak bangkit dengan wajah yang memerah menahan kesal dan malu. Dia berlari menuju balkon rumah. Mata bulat sendunya mulai berkabut.

"Sena!" Ale memangil setengah berteriak. Namun, sang gadis tidak membalas.

Pemuda itu mendengkus kasar. Sedikit marah karena hasrat di dada yang sudah meletup-letup tidak jadi tersalurkan.

"Ada apa, Na?!" Kembali Ale berteriak. Lagi-lagi Senandung tidak menyahut.

Setelah meraup muka dengan kasar, Ale beringsut bangkit. Dia berinisiatif menyusul sang kekasih yang tiba-tiba berubah jadi aneh.

Ale melihat Senandung tengah menangis di balkon. Gadis itu terisak sedih dengan bahu yang terguncang.

"Ada apa, Sena?" tanya Ale lembut.

Pemuda itu mendekat. Sungguh pemuda itu tak paham, apa yang membuat kekasihnya menangis. Ale mencoba memeluk Senandung, tetapi gadis itu menolaknya.

"Kamu jahat, Ale!" umpat Senandung lirih di sela isak tangisnya.

"Jahat?" Ale semakin bingung.

"Iya, kamu jahat." Suara Senandung sedikit meninggi. "Kenapa kamu tega mau merusak masa depanku, Ale?" tanya Senandung dengan air mata yang berderai.

"Kenapa? Bukankah kita saling mencintai?" Ale balik tanya.

"Kalo cinta harusnya kamu menjaga aku. Bukan malah merusaknya!" bentak Senandung marah.

Ale tercekat dibuatnya. Dua tahun lebih dia mengenal Senandung. Gadis itu tidak pernah sekalipun berbicara keras padanya.

Ale lantas tersadar dengan perbuatannya. Pemuda itu merasa bersalah. Ia lantas mengumpat. Merutuk kebodohan yang hendak ia perbuat.

Ale meredam kekesalan dengan mengusap wajah. Setelah menyadari kekeliruannya dia berujar lirih," Maafkan aku, Sena."

"Antarkan aku pulang sekarang juga!" perintah Senandung tegas.

Ale tercengang. Pemuda itu mengeleng cepat. "Tidak mungkin, Sena. Ini sudah larut malam, bahkan hujan semakin deras," tolak Ale tegas.

"Pokoknya pulang!" teriak Senandung sengit.

Air mata gadis itu semakin bercucuran. Gadis itu juga merutuk kebodohannya. Karena tidak bisa membendung hasrat nakal. Untung dirinya segera sadar.

Napas Senandung kian tersengal. Gadis itu menahan sedih yang tak terkira. Dia sakit hati. Orang yang sangat dicintai tega hendak menodainya.

"Sena." Ale kembali menyebut. "Aku sungguh menyesal. Tolong maafkan aku, ya," ucap Ale terdengar tulus.

Senandung sendiri masih bergeming. Ale tidak kehilangan akal. Pemuda itu berlutut. Rasa cinta yang teramat membuat ia takut kehilangan gadis yang selalu ia impikan menjadi ibu dari anak-anaknya.

"Sena ...." Ale meraih tangan Senandung. Menciumnya lembut.

"Aku tidak akan memaafkanmu, sebelum kamu berjanji dulu padaku," putus Ale kemudian.

Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)Where stories live. Discover now