40. Pembelaan

4.2K 230 36
                                    


Happy Reading:D

Malam ini Pelangi termenung dikamarnya. Ia masih memikirkan kejadian tadi di sekolahnya. Mengenai Bintang. Mengapa ia bisa berubah mendadak seperti ini? Itu menjadi tanda tanya besar di pikiran Pelangi. Apakah Pelangi melakukan kesalahan? Menurutnya tidak. Tetapi karena apa?

Apa lebih baik Pelangi akan bercerita pada Bumi, Kakaknya? Pelangi terus berfikir seperti itu tadi namun langsung menepis cepat-cepat pikiran itu. Jelas saja nanti Bumi akan marah-marah pada Bintang dan akan ada perkelahian. Jangan sampai itu semua terjadi.

Pelangi mulai menarik selimutnya, tidur adalah solusi terbaik dari semua ini. Meskipun ia sulit tidur malam ini. Ia menutup matanya, nanti lama-lama pasti akan terlelap sendiri. Dirinya berdoa semoga saja besok keadaan membaik seperti semula.

•••••••••

"Ge, ambilin buku tugas Bintang di meja Reno!" pinta Elang pada Gegha. Mereka sedang mengantri buku tugas milik Bintang untuk disalin. Sebut saja menyontek.

"AKU BUKAN BONEKAMU, BISA KAU SURUH SURUH, DENGAN SEENAK MAU MU!" Lihat saja, Gegha memang otaknya sudah miring, sekarang dia malah menyanyi dengan keras yang membuat teman-temannya tertawa. Bahkan Bintang yang tadinya tidur dengan kepala di atas meja pun jadi terbangun.

"TOLOL!" ujar Reno dengan tertawa.

"Berisik lo!" ucap Bintang kesal. Karena ulah Gegha, dia sampai terbangun.

"Ge, Ge, ngidam apa sih nyokap lo dulu? Kok dia sampe punya anak kek lo?" ujar Elang yang makin membuat kelas menjadi bising.

"Mana gue tau! Gue kan masih di rahim! Gue lupa pengalaman gue waktu di rahim ngapain aja, lo pada tau gak?" tanya Gegha dengan tololnya.

"Gak tau lah! Lo aja gak tau, apa lagi gue!" jawab Reno dengan ngegas.

"Biasa aja dong, anjing!" umpat Gegha.

••••••

"BINTANGG!!!!" teriak Gegha dari belakang tubuh Bintang, Elang, Zitto, dan Reno.

"Tungguin gue anjing!!!" teriak nya lagi namun teman-teman nya tidak menoleh. Benar saja tidak menoleh, mereka disebut dengan panggilan 'anjing' padahal mereka semua kan manusia. Dasar Gegha.

Sekarang mereka akan pergi ke kantin. Pasalnya tadi mereka berlima sudah nongkrong bolos di rooftop, namun Gegha tertidur sampai bel istirahat berbunyi. Bintang, Elang, Zitto, dan Reno tentu saja akan pergi ke kantin meninggalkan Gegha sendirian di sana dengan keadaan tertidur. Namun tau tau bocah tengil ini sudah terbangun dan menyusul teman-temannya.

Gegha terus berlari mengejar teman-temannya yang masih berjalan santai dan tak memperdulikannya. Tanpa aba-aba Gegha langsung memeluk tubuh Zitto dan Reno dari belakang.

"Eh lepasin gue, tolol! Malu diliatin orang! Noh ada banyak cewek! Dikira gue homo lagi! Ntar para cewek-cewek jadi ilfeel sama gue, anjing!" ucap Reno yang masih berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Gegha.

"Maho lo, Ge! Lepasin gak?!" ucap Zitto dengan jijik.

Sementara itu Bintang dan Elang sudah tertawa terbahak-bahak karena melihat ulah ketiga temannya yang seperti ini. Sudah gila memang si Gegha.

"Lepasin woi, Ge! Malu diliatin cewek-cewek noh asu!" ucap Reno lagi. Dia memang sangat jaim pada perempuan.

"Biarin! Biar mereka ilfeel sekalian!" elak Gegha yang semakin mengeratkan pelukannya pada kedua temannya itu.

"Busettt! Gue ke kantin dulu ya bro! Mau ngisi perut!" ucap Bintang dengan laknatnya.

"Gue juga! Terusin aja pelukannya! Gue mau makan!" timpal Elang malah lebih laknat.

Bintang dan Elang melanjutkan jalannya dan tertawa melihat nasib Reno dan Zitto.

"Sialan!" umpat Zitto.

Reno dan Zitto akhirnya lepas dari pelukan Gegha. Reno dan Zitto juga mengumpat kesal dari tadi karena ia menjadi bahan tontonan semua murid yang melewatinya dengan pandangan aneh. Sedangkan Gegha malah cengar-cengir tak jelas. Memang urat malu nya sudah putus kali.

*****

"Eh, maaf!" ucap Ananta yang baru saja bertubrukan dan menumpahkan minuman jus jeruk pada baju Pelangi.

Mereka sekarang sudah berada di kantin. Entah Ananta sepertinya sengaja menumpahkan minuman ke baju Pelangi, dengan sengaja menabraknya juga.

"Lo itu ya! Tuh kan baju Pelangi jadi kotor!" ucap Rara dengan menggebu gebu.

"Sengaja?" tanya Pelangi. Kemarin memang dia masih sabar untuk menghadapi Ananta. Tapi tidak sekarang ia akan menunjukkan sifat aslinya. Masa bodo kalau Ananta adalah teman dekat Bintang.

"Kalo iya, kenapa?" tanya Ananta dengan wajah songongnya.

"Lo tuh mau apa lagi sih? Lo udah berhasil rebut Bintang dari Pelangi! Terus sekarang lo minta apa lagi? Hah?" tanya Fifi yang sudah geram dengan tingkah Ananta.

"Eh eh. Gue gak ngerebut Bintang ya btw! Kan gue sama Bintang udah temenan dari dulu," ucap Ananta dengan percaya diri. Sangat menjijikkan.

"Dih jijik banget sih lo!" ujar Luna.

"Emangnya Bintang nganggep lo?" tanya Rara.

"Iyalah! Lo kali yang gak dianggep!" ucap Ananta pada Pelangi.

"Udah lah mending kita ke kelas!" ucap Pelangi sudah jengah dengan tingkah Ananta.

Pelangi hendak pergi dari kantin. Baru saja ia melangkah satu langkah namun tangannya ditarik oleh Ananta, lalu Ananta menyungkurkan Pelangi ke belakang. Alhasil Pelangi langsung jatuh.

Rara dan Luna langsung saja membantu Pelangi. Sementara Fifi langsung membalas Ananta karena tidak Terima temannya diperlakukan seperti itu. Fifi juga menyungkurkan Ananta ke belakang. Ananta hampir jatuh tetapi ada yang tangan kekar menyangga pinggang Ananta dari belakang. Dia adalah Bintang, entah sejak kapan kehadirannya yang langsung menolong Ananta.

"Kalo cari ribut jangan kroyokan!" ujar Bintang penuh peringatan kepada Fifi.

"Dia duluan kali!" ucap Luna membenarkan.

"Mana ada! Fifi tadi yang nyungkurin gue duluan!" Adu Ananta mengada ada. Sungguh sangat najis.

"Anjir ya lo! Orang jelas jelas tadi juga Pelangi yang terjungkal duluan!" ucap Rara tak terima.

"Gue juga liat sendiri kali. Jelas jelas gue liat Fifi nyungkurin Ananta!" jawab Bintang.

"Lo tanya semua orang disini juga tau kali, kalo Ananta cari masalah sama Pelangi duluan!" ucap Fifi namun keadaan Kantin sekarang menjadi hening karena ada Bintang. Mereka semua menyaksikan kejadian tadi namun tak ada yang berani membuka mulut.

"Mentang mentang dia sendirian, dan lo berempat sekarang bisa mojokin Ananta gitu? Berani nya kroyokan!" ucap Bintang.

"Terserah lo, mau percaya sama gue atau sama Ananta. Sekarang gue pergi dari sini! Udah muak sama semuanya." ucap Pelangi dengan dada naik turun lalu ia pergi dari kantin.

Rasanya Pelangi sekarang bingung, rasa yang datang secara bersamaan. Antara marah, menyesal dan kecewa sudah campur aduk menjadi satu.

"Gue mau nyusul Pelangi! Gak ada gunanya disini!" ucap Rara lalu pergi dari kantin menyusul Pelangi.

"Lanjutin aja sandiwara lo itu, Ananta! Sepertinya lo lebih cocok meranin pelakor di indosiar, sinetron suara hati istri!" ujar Fifi lalu keluar dengan Luna meninggalkan Kantin.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

*Yuhuuu update!!!
*Maapin kalo ngegantung mulu ya wkwk! Author sendiri juga sibukkkkk..haaha

#Vote+komennn
#Next?

*TBC🖤🖤

BINTANG (GOLDEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang