17. Perjanjian Tak Seharusnya

25.9K 2.3K 15
                                    

Kata orang tua dulu, langkah pertama akan menentukan kemana kita melangkah selanjutnya
___________

"Maksud kakak?" tanya Nabila tak mengerti.

Pikirannya terlempar pada film Wedding Agreement, sama seperti yang dipinta suaminya barusan.

Sebuah perjanjian.

Di dalam film itu, perjodohan Tari dan Bian yang berujung dramatis karena perjanjian tak masuk akal dalam sebuah pernikahan.

"Jadi kak Kholil terima perjodohan ini karena terpaksa?!" tuding Nabila dengan wajah kesal. Mereka sedang duduk santai di sofa ruang keluarga.

"Bukan. Maksud saya, apa kamu tidak malu semua orang di kampus tahu kita sudah menikah? Kalau kamu tidak papa, saya juga tidak papa" jelas Kholil pelan. Mengerti itu mudah, membuat orang jadi mengerti yang susah.

Nabila menyandarkan kepalanya ke dinding sofa. Mereka duduk di sofa yang berbeda namun bersebelahan.

"Iya juga sih kak. Apa kata mahasiswa lain, masa baru semester satu sudah nikah..." ucap Nabila setelah berfikir sebentar. "Jadi?" tanya Nabila sambil menoleh ke arah Kholil.

"Kamu maunya gimana?" Kholil melempar pendapatnya kepada Nabila.

Nabila ikut terdiam, kembali menyandarkan kepalanya ke dinding sofa, mencoba berpikir.

"Di rumah, kita suami-istri, kalau dalam wilayah kampus saya akan jadi kakak tingkat kamu." kata Kholil singkat.

Nabila menggigit bibir atasnya, mencerna kalimat itu.

"Tapi bukan berarti saat kita di kampus kita boleh melanggar hak dan kewajiban sebagai suami istri." tambah Kholil lagi, sebenarnya dia cukup ragu dengan perjanjian semacam ini. Semuanya demi kebaikan Nabila sebagai mahasiswa baru di kampus.

"Misalnya?" tanya Nabila.

"Selingkuh." kata Kholil pendek sambil menatap mata Nabila yang juga sedang menatapnya. "Tapi saya yakin kamu gak akan selingkuh" tambah Kholil seraya mencolek hidung Nabila.

Nabila tertawa. Mana mungkin dia melakukan hal serendah itu. Jangankan berniat melakukannya, mendengar kata itu saja sudah membuat Nabila mual dan kesal.

"Berarti Bibil gak boleh hamil?" tanya Nabila polos dengan raut wajah serius. Tak bisa dibayangkan jika dia masuk ke dalam kelas dengan perut membesar.

Kholil tertawa pelan lalu melepaskan jemarinya yang masih menempel di hidung itu. Pertanyaan Nabila membuatnya geli sendiri. Kholil bersedekap sambil menatap Nabila yang memasang wajah bingung kenapa Kholil tertawa.

"Kok ketawa sih kak. Coba bayangin Bibil masuk kelas, terus perutnya besar. Pasti di liatin sama orang-orang" ucap Nabila sambil melempar bantal ditangannya pada Kholil yang malah semakin terkekeh.

"Sebelum kamu hamil, saya tanya dulu..." kata Kholil kali ini dengan wajah serius sambil menangkup wajah didepannya. Mendekatkan kepalanya kewajah itu hingga jarak mereka tinggal beberapa senti.

Nabila kaku seketika, tangannya dingin sedikit gemetar. Dadanya mulai sesak, wajahnya memias. Wajah laki-laki itu sudah hampir menempel dengan wajahnya.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [✔]Where stories live. Discover now