45. Keputusan Terbaik

37.4K 2.6K 138
                                    

Pukul 02.33

"Sayang.... Dalam rumah tangga itu pasti ada yang namanya masalah. Seberat apapun masalahnya, berpisah itu bukan pilihan yang tepat untuk menyelesaikannya."

"Tapi Bibil capek paa... Bibil gak mau lagi berurusan sama orang-orang jahat kayak mereka. Papa ke sini dong jemput Bibil!" sahut Nabila sambil sesenggukan, menyapu air mata yang berjatuhan ke bantalnya.

Laki-laki dibalik telfon itu tak kunjung bersuara, hanya terdengar helaan nafas berat.

Nabila menatap layar ponsel, dan sambungannya masih terhubung. Tadi setelah sadar, Nabila langsung menghubungi papanya tanpa sepengetahuan Kholil.

"Gini sayang... Kalau kamu berpisah dari Kholil, itu tandanya kamu kalah dan gagal mempertahankan hak kamu dalam rumah tangga. Kamu sama saja memberikan peluang lebih besar kepada perempuan itu untuk mendapatkan suami kamu. Ayo dong... Masa anak papa down gini..." nasihat Malik yang ikutan pusing.

"Buat apa, orang kak Kholil emang suka sama perempuan itu." bantah Nabila.

"Emang suami kamu bilang gitu?" tanya Malik balik.

Nabila terdiam.

"Kamu itu tandanya cinta dan takut kehilangan Kholil. Iya kan? Makanya cemburuan dan suka berfikir yang enggak-enggak kalau ada perempuan yang dekatin dia." Malik malah terdengar tertawa pelan dibalik ponsel.

Nabila menghela nafas panjang.

"Atau jangan-jangan kamu, yang selama ini gak cinta sama Kholil makanya minta pisah? Iya?" tanya Malik serius.

"Sembarangan papa ngomong. Bibil tuh sayang banget sama kak Kholil. Tapi dia tuh yang kaya gitu-" sahut Nabila tertahan.

"Kaya gitu apa?"

"Udah tau Bibil di kata-katain sama perempuan itu. Eh, masih aja nggak setuju Bibil laporin orangnya ke polisi." adu Nabila.

"Ya iyalah. Papa juga kalau jadi Kholil, bakal ngelarang kamu lapor ke polisi." kata Malik malah membela menantunya.

"Kok papa malah belain kak Kholil sih. Yang anak papa kan Bibil!" protes Nabila sewot.

"Bukan belain. Itu tandanya pemikiran suami kamu itu luas, dia memikirkan semuanya dari segala sisi, buktinya pendapat suami kamu sama kaya papa yang umurnya sudah empat puluh tiga tahun." bela Malik lagi.

"Ah papa... Malah belain anak orang..." rajuk Nabila dengan nada tak bersemangat lagi untuk berbicara.

"Sudah jam tiga malam, kamu gak tidur?" Malik terdengar menguap disana.

"Pa... Terus Bibil gimana?" ucap Nabila.

"Istirahat yang cukup. Biar Kholil yang menyelesaikan semuanya. Kamu gak usah kemana-mana." nasihat Malik.

"Gak segampang itu pa... Bibil itu udah ngancam kak Kholil-" pekik Nabila berbisik pelan. Takut laki-laki yang sedang menungguinya disofa itu terbangun.

"Hwah... Kantor polisi-kantor agama-" ucap Malik tak jelas karena sambil menguap.

"Kok papa tahu?" Nabila terperanjat tak percaya. Dia belum memberitahu papanya.

"Kamu tahu-" kata Malik dengan suara terdengar berbisik. "Tadi, sekitar habis isya, suami kamu nangis-nangis telfon papa. Dia cerita semuanya sambil nangis. Akh... Papa jadi kasian sama menantu papa itu..." sambung Malik pelan seolah saat ini yang perlu dikasihani bukanlah dirinya.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]Where stories live. Discover now