33. Cerita Malik Arham

24.9K 2.2K 41
                                    

Kadang kita marah ketika tahu dibohongi, tanpa pernah sadar bahwa sering menangis karena jujur

__________________


"Ini semua catatan soal-soal yang dijadikan bahan final tes jaman kakak." kata Malik seraya menyerahkan buku catatan kecil bersampul batik merah.

Nabila menyambut sambil memandang buku yang sudah berpindah tangan padanya itu sambil tersenyum.

"Biasanya kalau dosennya sama aja, soalnya pasti gak jauh-jauh dari yang kemarin." jelas Malik lagi.

Nabila mengangguk-ngangguk lalu memasukan buku itu ke tasnya. Hari ini dia ingin menjalankan rencananya, menginterogasi laki-laki itu.

"Emang Kakak gak dicariin teman-teman kakak yang berdua itu?" kata Nabila memancing Malik bercerita.

Tadi pagi, Malik yang meminta Nabila menemuinya di taman biasa.

Malik yang sedang membuka ponselnya tersenyum tanpa menatap Nabila. Sepertinya laki-laki itu sedang membalas pesan dari seseorang.

"Gak papa Bil. Barusan saya kasih tau mereka gak bisa ikut ngumpul." jawab Malik setelah selesai mengetik pesan yang sudah dikirimnya.

"Itu berarti... sekarang kak Kholil lagi berduaan sama Fitri." batin Nabila menarik nafas berat sambil menatap ujung sepatunya. "Berarti mereka sekarang berdua aja, kalau kak Malik gak ikut ngumpul?" tanya Nabila pelan.

Malik mendongakkan kepalanya menatap langit lepas di atas sana, menghembuskan nafas pelan lalu menatap Nabila. Mengangguk tiga kali terputus-putus.

Nabila menatap ekspresi Malik. Seperti hari-hari sebelumnya, Nabila yakin ada suatu hal yang ingin laki-laki itu bagikan. Hanya saja wajah datarnya berusaha menyembunyikan.

"Huh..." nafas berat terdengar, Malik bersedekap lalu menatap rerumputan dengan pandangan hampa.


Malik tertawa pelan lalu menoleh pada Nabila. "Ada atau enggak saya disana. Itu gak berpengaruh sama mereka." ucap Malik lalu kembali menatap lurus.

"Obat nyamuk?" ceplos Nabila berusaha tertawa. Meski kalimat sederhana itu menikam perasaannya sendiri saat ini.

Malik tertawa lagi. "Mungkin." sahut Malik tanpa menoleh dan kembali menghembuskan nafas kasar.

"Emang kak Kholil sama kak Fitri itu pacaran?" tanya Nabila cepat, kesal sekaligus penasaran berpadu, berkecamuk riuh.

"Enggaklah... Mereka itu orang-orang taat agama. Tapi namanya jatuh cinta, siapa yang bisa ngatur?"

"Oh..." sahut Nabila lalu menyandarkan tubuhnya dibadan bangku. "Siapa?" tanya Nabila tanpa sadar.

"Maksudnya?" Malik balik bertanya.

"Eum... Maksud saya, mereka saling suka, atau salah satu doang..." ucap Nabila sedatar mungkin. "Soalnya itu, saya sering denger mahasiswa jodohin mereka." tambah Nabila mengutaran alasan kenapa dia menanyakan hal itu.

Malik meneguk minuman botolnya. "Yang saya tahu, Fitri suka sama Kholil. Tapi kalau Kholil-" ucap Malik tertahan, berpikir sesaat. "Gak tau juga sih. Tapi mereka cocok kan?" Malik menatap Nabila, bertanya.

Presiden Mahasiswa & Kupu-Kupu Kampus [SEGERA TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang