Act 02

2.1K 291 272
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

00:21
May 24, 2020

Kendati memiliki gangguan neurologis, Hwang Seokjin jelas tidaklah tuli untuk dapat mendengar sesuatu.

Selagi dia berjalan, samar-samar pembicaraan itu terdengar di sekitar koridor ruangan autopsi dan jenazah. Membicarakan tentang sialnya mereka harus menetap di dalam corps tiga yang dipimpin langsung oleh Seokjin dalam membantu para penyidik mengungkap salah satu kasus hari ini. Semua orang mengeluh, semua orang tak terima, tetapi Seokjin tetap tidak peduli.

Sejak awal tujuannya hanya bekerja, tak ada yang lain, jadi ia harus mengabaikan pembicaraan buruk yang terus mengarah pada dirinya. Semakin dia diperlakukan seperti itu, semakin pula Seokjin membenteng dirinya sendiri.

Laporan yang seharusnya diberikan pada penyidik satu jam yang lalu bahkan Seokjin tahan, dia meminta pada Yoongi untuk menunggunya sampai pagi karena mengatakan tak menemukan sidik jari apa pun. Pria itu akan menemui rekannya yang masih berada di TKP. Tentu Seokjin tak mengatakan bahwa hal yang di maksud menemui itu, adalah perihal adiknya yang mendadak bisa menghubunginya setelah sebelas tahun. Pun mungkin tentang perihal sidik jari yang sebenarnya ada. Dan beruntungnya Seokjin, karena Yoongi percaya padanya. Pria itu akan menunggu Seokjin sampai pukul lima pagi, tepat tiga jam sebelum rapat besar dimulai.

Lalu saat ini yang Seokjin lakukan, tentu saja mencari kejelasan yang terjadi. Seokjin berniat pergi ke TKP tengah malam seorang diri. Mencetak semua bukti yang dikirim pada email miliknya, kemudian menghapus jejak itu di dalam komputer. Sehingga kini laporan bukti sidik jari sebelumnya, hanya ada di dalam tasnya—yang kini berada di kursi penumpang mobil Seokjin selagi melaju untuk datang ke TKP.

Tak sampai waktu lama bagi Seokjin sampai ke TKP, pria itu tiba setelah berkendara selama lima belas menit. Keadaan TKP kurang lebih masih sama, kendati orang-orang di sana tak sebanyak beberapa jam yang lalu. Kini hanya ada satu petugas kepolisian yang menjaga di depan garis kuning yang masih menutup akses masuk ke danau, pria itu sempat membungkuk saat Seokjin melewatinya, lalu ada satu tenda khusus bagi tim yang menangani digital forensik, yang rupanya juga masih berdiri kokoh di sana.

Karena tidak mau membuang-buang waktu, Seokjin yang baru saja sampai dengan menenteng tas hitam di tangan kiri, lantas masuk ke dalam tenda tersebut cukup tergesa. Di sana hanya ada satu orang yang masih berkutat dengan beberapa barang bukti, dan Seokjin tak ingat—atau malah tak pernah sekali pun Seokjin mencoba mengingat nama rekan satu timnya itu. Laptop yang disediakan masih menyala dengan satu meja panjang yang sudah membungkus beberapa benda dari TKP. Mungkin sudah dilakukan pemeriksaan.

"Aku akan memeriksa sesuatu," ujar si Hwang ini tak ragu. Lalu mengerjap beberapa kali, melangkah dengan tungkai tergesa dan wajah sedikit berkeringat, dia mendekati pria yang tak Seokjin ingat namanya, untuk kemudian menekankan kalimatnya lagi, "Ke-keluar."

[M] OUT OF BREATH | ON HOLD Where stories live. Discover now