Act 06

2K 208 118
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

Kim Seokjin merasa bahwa jantung miliknya seperti baru saja diinjak, lalu digesekkan dengan kuat pada aspal oleh alas sepatu, untuk kemudian akhirnya remuk tak berbentuk.

Pria itu mati: dengan tubuhnya yang membeku. Kedua netranya nyaris menumpahkan kabut tebal, juga seluruh syaraf yang malfungsi. Semuanya mendadak jatuh di atas tubuhnya. Seokjin seolah baru saja dijatuhi beban yang begitu besar sampai semuanya terasa mati. Pendengaran miliknya berdengung kuat, semua yang dilihatnya tiba-tiba menjadi tiga kali lipat melambat—nyaris berhenti.

Seokjin dan Taehyung: keduanya masih berada di atas lantai kayu dengan tubuh yang terjatuh. Yang membedakan keduanya hanyalah tentang Taehyung, dengan darah berwarna merah pekat yang kini terlihat mengalir, menutup sebagian wajahnya yang masih melekat pada lantai kayu. Pria itu mengerang, hampir kehilangan napas: sekarat.

Lantas beberapa sekon di sana terlewati dengan dengung yang mengisi—mendadak tiga lesatan peluru kembali terdengar tak jauh dari sana. Membuat Seokjin lantas tersadar dari kematian yang membunuh sistem syaraf miliknya. Ia mengerjap sakit, dengan paru-parunya menyempit, lalu meringis digulung getir, "T-taengie ...."

Kabut di kedua matanya perlahan meluruh tanpa permisi, tangannya digerakan perlahan dengan jari-jari yang bergetar. Lalu untuk sesaat, lesatan memori tentang bagaimana tubuh Taehyung nyaris hancur saat menemukan dirinya sesaat lalu: berdiri kaku dengan kepala yang menggeleng hampir pecah—nyaris membuat kepala Seokjin sakit lagi.

Ini salahnya. Salahnya. Salahnya. Salahnya.

Seokjin merutuk sampai sinting.

Lantas masih dalam posisinya yang sama, seseorang dari depan sana—tepat di belakang kini tubuh Taehyung yang kini sudah digenangi darah miliknya—Seokjin bisa melihat presensi Lee Arou (anak buah Han Yoongi): berjalan tergesa, tetapi terlihat hati-hati dalam menginjakkan kedua tungkainya pada permukaan kayu.

Si Lee itu menatapnya sekilas sebelum akhirnya memekik cukup nyaring, "Hwang Seokjin!"

Pria yang dipanggil itu masih mati, meraung-raung nama adiknya samnil menangis seperti bocah lima tahun, lantaran semua memorinya beberapa sekon yang lalu rupanya masih membebat isi kepalanya yang nyaris rusak. Seokjin tak bisa berpikir. Sebab yang ia bisa lakukan saat ini hanya mengerang nyeri yang berasal dari dadanya, dengan kedua iris yang tak terputus dari adik laki-lakinya di depan sana.

"Taengie—"

Hwang Seokjin ingin mati.

Arou yang baru saja menginjakkan kedua tungkainya tepat di samping tubuh Seokjin, lantas langsung saja berusaha membantu tubuh yang lebih besar itu untuk perlahan bangun. Irisnya lantas melihat permukaan lantai kayu yang tenggelam sebagian ke bawah, membuat ia lantas menoleh lagi ke arah kiri dan menemukan seseorang di sana tergeletak dengan darah yang menggenang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 19, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[M] OUT OF BREATH | ON HOLD Where stories live. Discover now