Act 03

1.8K 266 216
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

"Hyungie, Hyungie, Hyuuuuungie ...."

Bocah cilik yang sedari tadi masih simpan dagu miliknya di atas sisi meja belajar sang kakak tersebut, rupanya tak sedikit pun berniat untuk mengurungkan niatnya. Sudah terhitung dua puluh dua menit dirinya memanggil si Hwang sulung di sana, tetapi hasilnya benar-benar nihil. Hwang Seokjin yang masih memusat atensi miliknya pada tumpukan tugas kuliahnya di tahun pertama kedokteran itu, rupanya benar-benar tak bisa meninggalkan fokusnya barang satu detik pun untuk adiknya.

Namun bukan Hwang Taehyung namanya, jika ia menyerah seperti itu. Sejak ia masih setinggi lutut ibunya dan baru bisa berjalan pun rasanya, memang kakaknya itu barangkali berbeda. Bocah itu rasanya harus berusaha dua puluh kali lipat lebih keras untuk sesuatu seperti ini. Tapi, kendati begitu, si Hwang yang saat ini genap berumur sepuluh tahun tersebut benar-benar tak pernah keberatan.

Sebab baginya, mau dilihat seperti apa pun kakaknya ... ia akan terlihat keren di matanya.

Jadi, sambil menjatuhkan kepalanya dan menempelkan pipi gembulnya di atas meja belajar Seokjin dengan kedua tangan yang terulur memainkan kertas-kertas tugas milik Seokjin, Taehyung lantas menukikan bibirnya sebal, bergumam, "Hyungie, ayo main lempar bola ...."

"Sebentar, Tae." Seokjin hanya menjawabnya begitu dengan kedua iris yang masih memfokus pada lembar tugas.

Sebenarnya, Seokjin sendiri tidak berniat untuk bersikap seperti itu: mengabaikan sang Adik. Hanya saja sikapnya yang selalu melakukan semua berulang kali, membuat dia selalu terlihat fokus dengan apa yang ia kerjakan atau mungkin memang Seokjin cenderung obsesif. Pemuda tersebut tidak sedingin itu. Sebab saat di sekolah menengah pun, saat ia berhasil membuat Robot Meccano Spykee untuk pertama kalinya, Hwang Seokjin akan cenderung cerewet dan membicarakan semuanya dengan membanggakan diri seolah dunia berpusat pada dirinya. Dan sialnya, ia selalu seperti itu dengan subjek favoritnya, sampai ia tak memerlukan respon orang lain.

Respon yang ia dapat dari sekitarnya juga berbeda; ada yang bangga, ada yang sebal karena Seokjin terkesan sombong, sampai ada yang tidak peduli karena tak merugikan dirinya. Untuk poin terakhir, Seokjin hanya menyimpulkan itu yang dirasakan kedua orang tuanya. Mereka memang datang ke pameran sekolah saat Seokjin berhasil menciptakan sebuah robot di usianya yang terlihat cukup muda, tetapi tak ada rasa bangga yang diukir pada wajah kedua orang tuanya saat itu.

Namun, barangkali Seokjin juga bisa salah dengan perasaannya, saat itu ia hanya terus menebak untuk usahanya. Sebab ia juga kesulitan membaca mimik wajah dan perubahan suara yang di lemparkan untuknya. Maka dari itu, si Hwang tersebut selalu terlihat tak menaruh rasa empati.

Kembali lagi pada Taehyung, bocah itu berbicara lagi, "Hyungie ... Haru saja selalu main lempar bola dengan kakaknya di taman, Jungkook juga sedang diajarkan naik sepeda setiap sore oleh kakaknya—hanya Taengie saja yang tidak pernah bermain dengan Hyungie, kenapa?" desak bocah itu, mulai merajuk. "Hyungie selalu belajar terus dan tidak pernah berbicara pada Taengi kalau tidak Taengie tanya. Hyungie benci Taengie?"

[M] OUT OF BREATH | ON HOLD Where stories live. Discover now